Literature Saudara dalam Kemanusiaan
- Photo source
- kabar24.bisnis.com
- Author(s)
- Reference
- Competition
- Pengungsia
Description
In English
For example the case of the conflict between Palestine and Israel that has not ended, as well as the latest conflict between Russia and Ukraine which continues to heat up from time to time. In addition to the tremendous impact of damaging the stability of the existing state order and infrastructure, war also resulted in the emergence of war victims who needed help In various areas of conflict and war, the fate of refugees who are victims of war is very sad. They lost their homes, their possessions, their jobs, even a few of them who lost their family members due to the ferocity of the war that was raging in their country.
In Palestine, for example, refugees or war victims try to survive among the rubble of their destroyed houses being bombarded by the Israeli army. They try to survive with whatever they have, they are rarely even willing to eat grass to make a living. Some of them tried to flee to neighboring countries, as is the case in our country, Indonesia. From the very beginning, our nation has been committed to supporting the independence of the Palestinian people. In line with the noble ideals of the nation as stated in the preamble of the 1945 Constitution in paragraph 4 which states that, the aim of the Government of the State of Indonesia is to protect the entire Indonesian nation and the entire homeland of Indonesia, and to promote public welfare, educate the nation's life, and participate in carrying out order. a world based on freedom, lasting peace and social justice. On this basis, the Indonesian government has proven it through concrete actions, both through diplomacy, as well as direct assistance and support to the victims of refugees as a result of war. Not only to Palestine, but to all countries affected by war conflicts, including the recent one between Russia and Ukraine
Indonesia is also one of the countries that is consistent in accepting refugees from war victims who need a safe place to take shelter. This is proven by the number of refugee camp points in various areas, one of which is based in the capital, Jakarta. Not only providing space, but also providing material and moral assistance, as well as some of the urgent needs needed by the refugees. In addition, the proliferation of communities that focus on social problems, which help the government move in providing assistance to refugees, with donations, energy, and all the capabilities they have. As of today, one of the humanitarian observer portals Reliefweb.int noted, there are around 13,700 refugees from various countries living in the country.
As a child of the nation, Maluku is proud of the extraordinary achievements made by the state in social and humanitarian affairs. All of this proves concern, a high sense of empathy, and the actualization of the values of the state's basic principles in human social relations. As human beings, it is natural for us to show an attitude of helping others. In religion, especially Islam, the attitude of Tanasu / help is a principle teaching in religion. Regardless of social status, race or skin color, even belief and religion, we must always prioritize the attitude of helping. Difference is no reason to ignore,
Because we are still relatives in Humanity.In Indonesian
Selama ini mungkin kita semua hanya sibuk dengan urusan masing- masing, bahkan terkesan individualisme tanpa mungkin kita sadari. Padahal banyak isu- isu sosial dan kemanusiaan yang setiap waktu hadir di tengah kita, bahkan membutuhkan pertolongan kita, salah satunya adalah konflik dan peperangan antar negara yang kini kian marak terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti contoh kasus konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang tidak kunjung usai, juga konflik terbaru antara Rusia dan Ukraina yang terus memanas dari waktu ke waktu setiap saatnya. Selain dampak yang luar biasa merusak stabilitas tatanan negara dan infrastruktur yang ada, perang juga mengakibatkan munculnya korban- korban peperangan yang membutuhkan uluran tangan kita. Di berbagai daerah konflik dan perang yang terjadi, nasib pengungsi korban peperangan sungguh sangat menyedihkan. Mereka kehilangan tempat tinggalnya, harta bendanya, pekerjaannya, bahkan sampai tidak sedikit dari mereka yang kehilangan anggota keluarganya diakibatkan oleh keganasan perang yang sedang berkecamuk di negaranya. Di Palestina misalnya, para pengungsi atau korban peperangan mencoba bertahan di antara puing- puing bangunan rumah mereka yang hancur lebur di bombardir oleh tentara Israel. Mereka mencoba bertahan dengan apapun yang mereka punya, bahkan tidak jarang mereka rela untuk memakan rumput demi menyambung kehidupannya. Beberapa di antara mereka mencoba untuk mengungsi ke berbagai negara tetangga, seperti halnya di negara kita Indonesia. Sedari awal, bangsa kita sudah berkomitmen untuk mendukung kemerdakaan bangsa Palestina. Selaras dengan cita- cita luhur bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke 4 yang menyatakan bahwa, tujuan Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dengan dasar ini pemerintah Indonesia membuktikannya lewat aksi- aksi nyata, baik melalui jalur diplomasi, maupun bantuan dan dukungan langsung kepada para korban pengungsi akibat peperangan. Bukan hanya kepada Palestina, tetapi di seluruh negara yang terdampak konflik perang, termasuk yang baru terjadi antara Rusia dan Ukraina. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang konsisten untuk menerima para pengungsi korban peperangan yang membutuhkan tempat aman untuk berlindung. Hal ini terbukti dengan banyaknya titik- titik camp pengungsian di berbagai daerah, salah satunya yang berpusat di ibukota, Jakarta. Bukan hanya menyiadakan tempat, tapi juga memberikan bantuan baik materil maupun moril, juga beberapa kebutuhan mendesak yang di butuhkan oleh para pengungsi. Selain itu, menjamurnya komunitas- komunitas yang berfokus pada problem sosial, yang membantu gerak langkah pemerintah dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi, dengan donasi, tenaga, dan segala kemampuan yang mereka miliki. Sampai dengan hari ini, salah satu Portal pemerhati kemanusiaan Reliefweb.int mencatat, ada sekitar 13.700 jiwa korban pengungsi dari berbagai negara yang bermukim di negara kita. Sebagai anak bangsa, kita perlu berbangga dengan prestasi luar biasa yang di torehkan negara di dalam urusan sosial dan kemanusiaan. Ini semua membuktikan kepedulian, rasa empati yang tinggi, dan pengaktualisasian nilai- nilai prinsip dasar negara dalam hubungan sosial kemanusiaan. Sebagai manusia, sudah sejatinya kita menunjukan sikap tolong menolong kepada sesama. Dalam agama juga khusunya Islam, sikap Tanasu/ tolong menolong merupakan ajaran prinsip dalam agama. Tanpa memandang status sosial, ras maupun warna kulit, bahkan keyakinan dan agamanya, sikap tolong menolong tetap harus kita kedepankan. Perbedaan tidak menjadi alasan untuk mengabaikan,
Karena kita tetap saudara dalam Kemanusiaan.In Makassar
Selama ini mungkin kita semua hanya sibuk dengan urusanta masing- masing, bahkan terkesan individualisme tanpa mungkin kita sadari. Padahal banyak isu- isu sosial dan kemanusiaan yang setiap waktu hadir di tengah- tengah kita, bahkan membutuhkan pertolonganta, salah satunya adalah konflik dan peperangan antar negara yang kini kian marak terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti contoh kasus konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang nda kunjung usai, juga konflik terbaru antara Rusia dan Ukraina yang terus memanas dari waktu ke waktu setiap saatnya. Selain dampak yang luar biasa merusak stabilitas tatanan negara dan infrastruktur yang ada, perang juga mengakibatkan munculnya korban- korban peperangan yang membutuhkan uluran tanganta. Di berbagai daerah konflik dan perang yang terjadi, nasib pengungsi korban peperangan sungguh sangat menyedihkan. Mereka kehilangan tempat tinggalnya, harta bendanya, pekerjaannya, bahkan sampai nda sedikit dari mereka yang kehilangan anggota keluarganya diakibatkan oleh keganasan perang yang sedang berkecamuk di negaranya. Di Palestina misalnya, para pengungsi atau korban peperangan mencoba bertahan di antara puing- puing bangunan rumah mereka yang hancur lebur di bombardir oleh tentara Israel. Mereka mencoba bertahan dengan apapun yang mereka punya, bahkan nda jarang mereka rela untuk memakan rumput demi menyambung kehidupannya. Beberapa di antara mereka mencoba untuk mengungsi ke berbagai negara tetangga, seperti halnya di negara kita Indonesia. Sedari awal, bangsa kita sudah berkomitmen untuk mendukung kemerdakaan bangsa Palestina. Selaras dengan cita- cita luhur bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke 4 yang menyatakan bahwa, tujuan Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dengan dasar ini pemerintah Indonesia membuktikannya lewat aksi- aksi nyata, baik melalui jalur diplomasi, maupun bantuan dan dukungan langsung kepada para korban pengungsi akibat peperangan. Bukan hanya kepada Palestina, tetapi di seluruh negara yang terdampak konflik perang, termasuk yang baru terjadi antara Rusia dan Ukraina. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang konsisten untuk menerima para pengungsi korban peperangan yang membutuhkan tempat aman untuk berlindung. Hal ini terbukti dengan banyaknya titik- titik camp pengungsian di berbagai daerah, salah satunya yang berpusat di ibukota, Jakarta. Bukan hanya menyiadakan tempat, tapi juga memberikan bantuan baik materil maupun moril, juga beberapa kebutuhan mendesak yang di butuhkan oleh para pengungsi. Selain itu, menjamurnya komunitas- komunitas yang berfokus pada problem sosial, yang membantu gerak langkah pemerintah dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi, dengan donasi, tenaga, dan segala kemampuan yang mereka miliki. Sampai dengan hari ini, salah satu Portal pemerhati kemanusiaan Reliefweb.int mencatat, ada sekitar 13.700 jiwa korban pengunsi dari berbagai negara yang bermukim di negarata. Sebagai anak bangsa, perluki berbangga dengan prestasi luar biasa yang di torehkan negarata di dalam urusan sosial dan kemanusiaan. Ini semua membuktikan kepedulian, rasa empati yang tinggi, dan pengaktualisasian nilai- nilai prinsip dasar negara dalam hubungan sosial kemanusiaan. Sebagai manusia, sudah sejatinya kita menunjukan sikap tolong menolong kepada sesama. Dalam agama juga khusunya Islam, sikap Tanasu/ tolong menolong merupakan ajaran prinsip dalam agama. Tanpa memandang status sosial, ras maupun warna kulit, bahkan keyakinan dan agamanya, sikap tolong menolong tetap harus kita kedepankan. Perbedaan tidak menjadi alasan untuk mengabaikan,
Karena kita tetap saudara dalam Kemanusiaan.[[Question all::MediaWiki:ActiveWikithonQuestion/ban| ]]
Enable comment auto-refresher