Kekerasan Seksual pada Wanita di Dunia Pendidikan

From BASAsulselWiki
Revision as of 13:02, 1 August 2022 by Resky Natasya Idris (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
20220801T130144196Z227824.jpeg
Photo credit
Contributor
Resky Natasya Idris


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Description


English

Cases of sexual violence against women are a problem that continues to occur, even increasing. This causes concern and unrest in the community. Sexual violence can happen to anyone, anywhere, and at any time, including in schools. In fact, one of the roles of schools is to supervise students. When in school, students are the responsibility of the school and are under the supervision of teachers and other related parties. However, the high rate of sexual violence in the school environment makes schools seem to have lost their function as safe and comfortable places to learn.

Sexual violence often occurs because of the lack of knowledge about sex education to children. This is because there is a taboo view when talking about things related to sex. Sex education from an early age is very important so that children can know all their body parts and what their functions are. Even the psychological impact on the victim's mentality is very large, namely fear, trauma, loss of confidence, and even their inability to live life as usual. Like one case I saw on the news that occurred in December 2021, sexual violence by a religious teacher with the initial MAYH on 15 victims of elementary school students. The perpetrators tried to get good grades on the student, who was in fourth and fifth grades of the elementary school, and was sexually assaulted within three months.

And the factor that causes the rise of cases of sexual violence in the world of education is an unequal way of thinking that causes one party to be made a sexual object. Often victims of sexual violence are women and children. the existence of an unequal power relationship between teachers and students, where the teacher is more dominant over the students, causes a teacher to have the potential to commit acts of sexual violence. In this case, the victim is often under threat from the perpetrator, for example being threatened not to go up in class, dropping grades, and other threats, the lack of education about sex and social ethics is due to taboo views when talking about things related to sex. Sex education from an early age is very important so that children can know all their body parts and what their functions are. Children can know what can and cannot be shown to others on these body parts.

The role of the government in responding to cases of sexual violence in my opinion has not been effective because it is less useful when women need help when sexual violence occurs, because they are not only thinking about how to deal with the impact but also have to think about how to overcome so that the incidence of sexual violence decreases. And not only provide socialization to protect themselves as women but also provide socialization for men so that they do not have thoughts of committing sexual violence against women and children.

Indonesian

Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan menjadi permasalahan yang masih terus terjadi, bahkan meningkat. Sehingga menimbulkan keprihatinan dan keresahan di masyarakat. Kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, termasuk di sekolah. Padahal, salah satu peran sekolah adalah untuk mengawasi siswa. Saat di dalam sekolah, siswa menjadi tanggung jawab sekolah dan berada di bawah pengawasan guru maupun pihak lain yang terkait. Namun, tingginya angka kekerasan seksual di lingkungan sekolah membuat sekolah seolah kehilangan fungsinya sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk belajar.

Kekerasan seksual seringkali terjadi karena minimnya pengenalan pendidikan tentang seks kepada anak. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan tabu jika membicarakan hal yang berhubungan dengan seks. Pendidikan seks sejak dini sangat penting agar anak dapat mengetahui seluruh anggota tubuhnya dan apa fungsinya. Bahkan berdampak pada psikologis terhadap mental korban sangat besar, yaitu ketakutan, trauma, hilangnya percaya diri, dan bahkan ketidakmampuan mereka menjalani hidup seperti biasa. Seperti salah satu kasus yang saya lihat diberita yang terjadi pada bulan desember 2021 kekerasan seksual oleh guru agama berinsial MAYH pada 15 korban siswi SD. Pelaku mengiming-imingin nilai bagus pada siswi yang baru duduk dibangku kelas IV dan V SD tersebut, kemudian dicabuli dalam kurun waktu tiga bulan.

Dan faktor penyebab maraknya kasus tindakan kekerasan seksual di dunia pendidikan adalah cara berpikir yang tidak setara sehingga menyebabkan salah satu pihak dijadikan objek seksual. Kerap sekali korban kekerasan seksual adalah perempuan dan anak. adanya relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara guru dan murid, dimana guru lebih dominan atas muridnya, menyebabkan seorang pengajar memiliki potensi melakukan tindakan kekerasan seksual. Dalam hal ini korban seringkali berada dibawah ancaman pelaku misalnya diancam untuk tidak naik kelas, nilai turun, dan ancaman lainnya, minimnya edukasi mengenai seks dan etika pergaulan hal ini disebabkan karena adanya pandangan tabu jika membicarakan hal yang berhubungan dengan seks. Pendidikan seks sejak dini sangat penting agar anak dapat mengetahui seluruh anggota tubuhnya dan apa fungsinya. Anak dapat mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain atas anggota tubuhnya tersebut.

Peran pemerintah dalam menanggapi kasus kekerasan seksual menurut saya belum efektif karena kurang bermanfaat saat perempuan membutuhkan pertolongan disaat kekerasan seksual terjadi, karena bukan hanya memikirkan bagaimana menangani dampak tetapi juga harus memikirkan cara menanggulangi agar kejadian-kejadian kekerasan seksual menurun. Dan tidal hanya memberikan sosialisasi untuk menjaga diri sebagai perempuan tetapi juga memberikan sosialisasi untuk para laki-laki agar tidak mempunyai pemikiran melakukan kekerasan seksual kepada perempuan dan anak-anak.

Makassar

Other local Indonesian Language ( )