Asal Usul Letta

Dari BASAsulselWiki
Lompat ke:navigasi, cari
Judul
Asal Usul Letta
Original language
Indonesian
Peunulis
Illustrator
    Penerbit
    Muh. Yusril Abidin
    ISBN
    Tahun terbit
    Subjek
      Pencarian Book
      Related Env. Initiatives
        Related Places
          Related Biographies
            Related Children's Books
              Related Holidays
                Related Folktales
                  Related Comics
                    Related Lontar
                      Linked words


                        Tambahkan komentar Anda
                        BASAsulselWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

                        Deskripsi

                        Cerita ini adalah sebuah kisah turun temurun di masyarakat Letta. Sebuah kisah yang dianggap menjadi awal mula populasi di Letta. Beberapa yang menganggap bahwa kisah ini bertepatan dengan kejadian banjir besar di era Nabi Nuh. Saya sebagai penulis memutuskan untuk mengangkat kisah ini karena ini merupakan kisah yang seringkali diceritakan kepada saya sebagai pengantar tidur sejak masih kecil. Di sisi lain, hal itu disebabkan karena Letta adalah tanah kelahiran saya dan kedua orang tua saya. Oleh karena itu, saya menulis cerita ini berdasarkan perspektif saya sendiri meskipun sumber cerita ini adalah ayah saya sendiri. Dan beginilah ceritanya. Ribuan tahun yang lalu, terjadi banjir yang sangat besar dan menenggelamkan hampir seluruh permukaan bumi. Namun tidak dengan daerah yang dikenal dengan sebutan Buttu Bajai (Gunung Bajai). Disamping memiliki dataran yang sangat tinggi, pegunungan tersebut juga dikelilingi dengan pemandangan yang begitu menawan. Pepohonan yang lebat menjulang tinggi seolah berusaha menghalau tanah dari panasnya sinar matahari. Bebatuan besar berselimutkan lumut bak bangunan tak berpenghuni. Dan udara yang begitu segar laksana obat penenang jiwa. Di gunung tersebut hiduplah seorang pria paruh baya bernama Datu Patote Ribottillangi. Dia hidup bersama dengan tujuh anak buahnya serta kerbau yang hampir tak terhitung jumlahnya. Setiap pagi, kerbau-kerbau tersebut dilepas dan pergi berenang serta mencari makan sesuka hatinya dan kembali saat matahari telah menunjukkan tanda-tanda akan tenggelam tanpa takut akan ancaman manusia ataupun binatang lain. Suatu ketika, saat langit mulai memerah dan burung-burung hinggap di pepohonan seolah mencari tempat ternyaman dan teraman untuk beristirahat. Kerbau-kerbau tersebut pun kembali dari pergolakannya mencari makan. Namun, terdapat kejanggalan dari tubuh si kerbau. Pada punggung mereka terdapat tanda merah yang seolah diberikan oleh seseorang. Tanda merah itu membuat Datu heran dan menimbulkan firasat bahwa ada orang lain yang hidup selain ia dan anak buahnya. Rasa heran dan penasaran yang memenuhi pikiran Datu membuatnya memutuskan untuk menyuruh ketujuh anak buahnya untuk mengikuti kerbau-kerbau itu mencari makan di hari-hari yang berbeda. Pada hari pertama proses penyelidikan, bergegaslah salah seorang dari ketujuh anak buah tersebut mengikuti kerbau-kerbau yang pergi mencari makan seperti biasanya. Setelah beberapa jam membuntuti kerbau-kerbau itu, tibalah dia di suatu tempat yang dikenal dengan sebutan Mammulu, yang merupakan tempat kerbau-kerbau itu berenang sekaligus mencari makan. Setelah memperhatikan keadaan di daerah Mammulu, ia menemukan sebuah pohon yang sangat tinggi dan digenangi oleh air. Dibawah pohon tersebutlah, kerbau kerbau itu menunggu makanan yang jatuh dari atas pohon. Selang beberapa saat, ia mulai menyadari bahwa di atas pohon tersebut terdapat seorang wanita yang sangat cantik. Namun ia memutuskan untuk tidak menegur wanita tersebut karena takut apabaila Si Wanita tersebut merasa terganggu. Saat menjelang malam tiba, pulanglah ia bersama dengan kerbau-kerbau itu dan melaporkan keberadaan wanita yang ia lihat di atas pohon tinggi tersebut serta menyebutkan bahwa tanda merah yang ada di punggung kerbau adalah ludah dari Si Wanita itu karena memakan daun sirih. Disebabkan masih belum yakin dengan laporan salah satu anak buahnya, Si Datu kembali menunggu laporan anak buah selanjutnya. Namun hasil yang dilaporkan ketujuh anak buahnya adalah sama. Hingga ia-pun memutuskan untuk mengecek sendiri keberadaan wanita tersebut. sesampainya di Mammulu. Si datu memperhatikan pohon tinggi yang diceritakan anak buahnya dan mendapati bahwa wanita itu memang benar-benar ada. Iapun mengajak wanita tersebut untuk berbicara dan mengakhiri perbincangan itu dengan ajakan untuk menikah. “Meloa te kusanga pubeneki” (Saya berniat untuk menikhimu) kata Si datu “Njo takulle pubenea sa mawatang somba ku” (Kamu tidak akan bisa menikahi saya karena mahar nya sangatlah sulit) kata Si wanita “Apara sombata? Doi raka, bulawan raka, atau apa raka? Pau kanai!” (Mahar apakah gerangan? Apakah itu berupa uang, emas, atau apa? Silahkan sebutkan! “Tannia doi, tannia to bulawan” (Bukan uang pun bukan emas) “apara palena?” (Kalau begitu apa?) “Melora mabela pakkitakku na malampe pattekkaku” (Saya mau mampu melihat dan melamgkah lebih jauh) Si Datu memahami bahwa maksud wanita tersebut adalah menyurutkan banjir. Dan ia menganggap bahwa syarat tersebut bukanlah masalah yang besar. Sehingga ia-pun menerimanya dan berjanji akan merealisasikannya. Datu pun pulang ke kediamannya sembari memikirkan cara untuk menyurutkan air banjir di lokasi itu. Sesampainya di rumah, Sang Datu memperoleh sebuah rotan dan juga kitab yang turun dari langit dan berisikan Surah Ya-Sin. Dia pun mulai berjalan sembari membaca surah Ya-sin dalam kita itu. Di setiap langkah Sang Datu, air akan surut sedikit demi sedikit. Hingga, selesailah Surah Ya-sin itu dan Datu-pun menancapkan rotan di tempat berakhirnya Surah Ya-sin dibacakan. Dan air itu tidak akan pernah melewati rotan tersebut. Kini wilayah yang disyaratkan oleh wanita itu tidak lagi tenggelam, dan menandakan bahwa Sang Datu dan wanita itu akan segera menikah. Dari hasil pernikahan itulah yang menjadi asal mula kehidupan di wilayah tersebut yang kini dikenal dengan sebutan Letta. Sebuah daerah pegunungan yang sangat indah dan dengan warisan budaya yang sangat kaya.

                        Reviews