Batu Toeng)

Dari BASAsulselWiki
Lompat ke:navigasi, cari
Judul
Batu Toeng)
Original language
Indonesian
Peunulis
Illustrator
    Penerbit
    Siti Nurwahida Syam
    ISBN
    Tahun terbit
    Subjek
      Pencarian Book
      Related Env. Initiatives
        Related Places
          Related Biographies
            Related Children's Books
              Related Holidays
                Related Folktales
                  Related Comics
                    Related Lontar
                      Linked words


                        Tambahkan komentar Anda
                        BASAsulselWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

                        Deskripsi

                        BATU TOENG Sebelum kita mulai, penting untuk mengetahui bahwa kisah ini mengikuti peristiwa nyata yang terjadi di Bonto Biraeng Hamlet, Bulukumba Regency, Provinsi Sulawesi Selatan. Kisah ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga saya. Arti ceritanya adalah bahwa anda harus selalu berhati -hati dengan tindakan anda.

                        Di desa Bonto Biraeng, sekelompok "Ana Pakkalahaki" (putra Gembala) berkumpul di bawah pohon Tokka. Pohon Tokka, atau pohon cempedak tinggi, dengan tekstur kasar, kasar dan daun yang lebar dan padat. Buahnya lembut dan sedikit berlendir saat disentuh saat matang. Setiap orang yang lewat di bawahnya merindukannya untuk mencicipi buah manis.
                        Suatu hari anak -anak adalah Pakkalahaki bermain bersama mengikuti aturan “Inai Riolo Kulle Aa Tora Injo Tokka A Na Dabbung Ri Tanayya Iya Minjo Pemenangna”. Artinya siapa yang pertama kali tentang buah Cempeda sampai jatuh ke tanah makan dia adalah pemenangnya. Mereka bergiliran memukul pohon Cempeda, menggunakan cabang kayu dan melempar batu. Salah satu batu menjadi macet di pohon. Setelah beberapa saat, anak -anak menjadi terikat untuk mencoba merobohkan buah dan pulang. Batu itu tetap tertangkap di pohon.
                        Bertahun -tahun kemudian, batu itu masih di pohon Tokka. Daunnya melilit dan tumbuh begitu besar sehingga batang pohon sekarang melengkung dari beratnya. Mereka yang melewati pohon itu akan mengatakan 'Angura Rie Batu Kua Injo Na Tasampe Ri Poko Tokka A Nu Toeng Pole Do'e', yang berarti 'Bagaimana mungkin ada batu yang tersangkut di pohon Cempedak?' Ini mengapa pohon itu disebut Batu Toeng (batu yang mengapung). Pohon itu diakui sebagai sakral. Ketika batu itu tumbuh begitu besar sehingga pohon itu tidak lagi mampu menanggung beratnya, masyarakat menyelamatkannya. Ukurannya sebanding dengan rumah 'Balla Pata Latta' (rumah empat lantai). Musim semi alami muncul di sekitar batu, dan itu menjadi sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat. Batu ini adalah simbol Lamantang Hamlet, Bonto Village, Biraeng, Distrik Kajang, Kabupaten Bulukumba. -SELESAI-

                        Reviews