Bissu: Pergulatan dan Peranannya di Masyarakat Bugis

Dari BASAsulselWiki
Lompat ke:navigasi, cari
20220709T145133266Z205088.jpg
Judul
Bissu: Pergulatan dan Peranannya di Masyarakat Bugis
Original language
Indonesian
Peunulis
Illustrator
    Penerbit
    Desantara
    ISBN
    9793596007
    Tahun terbit
    2004
    Subjek
      Pencarian Book
      Related Env. Initiatives
        Related Places
          Related Biographies
            Related Children's Books
              Related Holidays
                Related Folktales
                  Related Comics
                    Related Lontar
                      Linked words


                        Tambahkan komentar Anda
                        BASAsulselWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

                        Deskripsi

                        Bissu adalah pendeta agama Bugis kuno pra Islam. Ketua para bissu adalah seorang yang bergelar Puang Matowa atau Puang Towa. Secara bioligis, sekarang, bissu kebanyakan laki-laki (berpenis) dan sedikit yang perempuan (bervagina). Dalam kesehariannya, bissu berpenampilan seperti layaknya perempuan. Sehingga tidak mudah membedakan mana bissu yang laki-laki dan mana bissu yang perempuan. Realitas seperti ini dianggap menjadikan bissu dianggap tidak sunnatullah, karena mereka laki-laki tapi berpenampilan seperti perempuan. Bissu juga dianggap menyimpang dari ajaran agama (dalam hal ini agama Islam), misalnya mereka dikatakan penyembah berhala. Padahal mereka melakukan pemujaan terhadap tuhan sesuai tatacara agama yang mereka yakini. Karena hal inilah sering terjadi pemaksaan terhadap keberadaan dan keyakinan agama Bugis ini. DI/TII di bawah Kahar Muzakar merupakan kelompok yang pernah berambisi mengembalikan para bissu ke dalam Islam. Aksi kelompok ini tak jarang menggunakan kekerasan. Pasca huruhara nasional tahun 65 – 66, dengan dalih memberantas komunisme, pemerintah berupaya memberantas agama-agama lokal, tak terkecuali agama Bugis Kuno. Agama-agama lokal dianggap bukan agama karena sistemnya tidka seperti agama resmiyang diakui negara. Menghadapi tekanan dari kelompok masyarakat dan pemerintah, para bissu terdesak untuk menyelamatkan diri dan ada yangberalih ke agama resmi. Namun, tekanan-tekanan ini tidak menjadikan bissu musnah secara keseluruhan, tapi bisa beradaptasi dengan perubahan jaman yang cepat. Buku ini mencoba memberi gambaran, siapa mereka, hirarki lembaga bissu, proses menjadi bissu dan nasibnya kini. Penulis buku ini adalah Halilintar Lathif, seorang pegiat LSM yang bergaul akbra dengan bissu sejak puluhan tahun lalu, sehingga pemahamannya terhadap bissu tidak diragukan lagi.

                        Reviews