Kisah Si Kucing Dan Si Tikus(The Story of The Cat And The Mouse)
- Judul
- Kisah Si Kucing Dan Si Tikus(The Story of The Cat And The Mouse)
- Original language
- English
- Peunulis
- Illustrator
- Penerbit
- Sri Rahayu
- ISBN
- —
- Tahun terbit
- Subjek
- Pencarian Book
- Related Env. Initiatives
- Related Places
- Related Biographies
- Related Children's Books
- Related Holidays
- Related Folktales
- Related Comics
- Related Lontar
- Linked words
Deskripsi
Ketika saya masih kecil, ayah saya selalu menceritakan berbagai kisah binatang kepada saya. Salah satu ceritanya adalah tentang kucing dan tikus. Ini adalah cerita tersebut. Ini istimewa bagi saya karena saya sudah mengetahuinya sejak kecil. Kakak laki-laki saya membantu saya menceritakan kembali kisah ini dan beberapa detail telah diubah. Ini adalah cerita komedi tentang persahabatan yang rusak karena permusuhan dan keserakahan. Ini mengajarkan kita tentang mengapa kucing dan tikus tidak akur. Di sebuah desa di Jenepoto tinggallah dua orang sahabat: seekor kucing dan seekor tikus. Jeneponto adalah tempat yang indah. Suhu tetap sejuk di pagi dan sore hari, tetapi menjadi gerah di tengah hari. Si kucing perlahan melewati sebuah rumah kayu tua milik Dg Tonang. Rumah itu terawat dengan baik dan memiliki pot bunga yang tertata rapi di teras. Perut kucing itu keroncongan saat dia berjalan, wajahnya lesu karena kelaparan. Dia mendongak dan melihat lame (ubi jalar) tergantung di depan rumah Dg Tonang. Lame itu berbentuk seperti telur dan berwarna ungu. Si kucing menarik napas dalam-dalam, menangkap aromanya yang manis dan menyegarkan. Matanya bersinar karena kegembiraan, dan dia mulai mengeluarkan air liur. Dia melihat sekeliling untuk mencari cara agar dia bisa mencapai lame itu, tapi itu terlalu tinggi. Dia memanggil temannya yaitu si tikus, yang tinggal di dekatnya. 'Tikus, aku lapar,' kata Kucing, 'tapi lame itu terlalu tinggi untuk kujangkau. Saya membutuhkan bantuan kamu.' Si tikus setuju, dengan syarat bahwa lame itu akan dibagi rata di antara mereka. Si tikus mulai memanjat dengan cepat. Ketika dia mencapai lame itu, itu terlihat sangat lezat dan berbau sangat manis, sehingga dia mulai memakannya. "Aku harus mencobanya dulu," seru tikus ke bawah. Si kucing menjadi mengantuk saat dia menunggu dengan sabar untuk si tikus kembali. Si tikus hanya makan dan makan, sampai dia sangat kenyang sehingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Dalam keadaan setengah sadar, si kucing mengambil si tikus yang jatuh, mengira dia lame. "Aku bukan lame, aku temanmu," teriak tikus. Tapi sudah terlambat. Kucing itu sangat lapar sehingga dia menelan tikus itu dengan utuh.
Aktifkan pemuatan ulang komentar otomatis