Pemuda dan pemilu

Saking BASAsulselWiki
Lanturang ka:navigasi, rereh
0
Vote
Sumber Foto
Pangawi
Kategori
Universitas
Referensi Tiosan
Wimbakara
PemudaPemilu1


Tambahkan komentar Anda
BASAsulselWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Pemilu: Apatis atau Apaji?

Deskripsi


Basa Inggris

Today's young generation often seems indifferent to elections. I personally think that this attitude arises from a sense of distrust of the political system, where they feel that their voices are not truly recognized or have no impact. In addition, confusing policy issues can also make them feel alienated from the formal policy process. On the other hand, I think that this apathy is an expression of dissatisfaction with the limited policy options. Young people may feel that current parties or candidates are not fully able to fulfill the promises they have made themselves. In this case, a lack of political education may be an important factor, as a deeper understanding of the political system can encourage participation. However, it cannot be ignored that some young people are still politically active, participating in social movements or using social networks to express their views. Even if there is indifference, there may be an element of disapproval that could encourage positive changes in voter turnout. The importance of understanding young people's views on elections presents both challenges and opportunities to increase their participation. A more comprehensive approach, more effective political education, and the creation of more diverse spaces for political expression may be needed to stimulate their interest and participation in the democratic process.

Basa Indonesia

Generasi muda masa kini seringkali terkesan acuh terhadap pemilu.

Saya pribadi berpendapat bahwa sikap tersebut muncul dari rasa ketidakpercayaan terhadap sistem politik, di mana mereka merasa suaranya tidak benar-benar diakui atau tidak berdampak.

Selain itu, permasalahan kebijakan yang membingungkan juga dapat membuat mereka merasa terasing dari proses kebijakan formal.
Di sisi lain, saya beranggapan bahwa sikap apatis ini merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap terbatasnya pilihan kebijakan.
Kaum muda mungkin merasa bahwa partai atau kandidat yang ada saat ini tidak sepenuhnya dapat memenuhi janji-janji yang mereka buat sendiri.
Dalam hal ini, kurangnya pendidikan politik  mungkin menjadi faktor penting, karena pemahaman yang lebih mendalam mengenai sistem politik dapat mendorong partisipasi.
Namun, tidak dapat diabaikan bahwa sebagian anak muda masih aktif secara politik, berpartisipasi dalam gerakan sosial atau menggunakan jejaring sosial untuk mengekspresikan pandangan mereka.
Meskipun terdapat ketidakpedulian, mungkin terdapat unsur ketidaksetujuan yang dapat mendorong perubahan positif dalam jumlah pemilih.
Pentingnya memahami pandangan generasi muda terhadap pemilu menghadirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan partisipasi mereka.
Pendekatan yang lebih komprehensif, pendidikan politik yang lebih efektif, dan penciptaan ruang ekspresi politik yang lebih beragam mungkin diperlukan untuk merangsang minat dan partisipasi mereka dalam proses demokrasi.

Basa Makassar