REVOLUSI KOMUNIKASI POLITIK / UNIVERSITAS HASANUDDIN

From BASAsulselWiki
20231111T065756771Z045562.png
0
Vote
Photo source
Author(s)
Category
College/University
Reference
Competition
PemudaPemilu1


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Elections: Apathy or what?

Description


In English

Now we are in a political year, which can be seen from the actions of candidates for people's representatives who are trying to get public attention through various efforts, one of which is using memes, emojis or TikTok videos. Indonesia has 23.77% of the millennial generation and 27.99% of the Z generation of the total population, most of whom are active on social media. So the younger generation has the potential to shape new political dynamics by utilizing memes and TikTok videos, because this form of communication is very relevant in various current situations. In fact, some of us may have imagined politics filled with young people who like to use memes or are skilled at dancing on TikTok. It is not surprising that this can be an effective tool for attracting people's attention.

However, as many people anticipate, if politics is only based on memes and TikTok it will have ridiculous consequences. Politicians focus more on creating content that can quickly get positive reactions on social media. Laws will be placed in forgotten drawers, important policies are often based on the virality of an issue on social media and complex issues such as climate change and economic inequality will be neglected. It is impossible for a policy to be accepted or rejected just because of how many "likes" or "dislikes" it receives on social media platforms.

Therefore, the solution is to bring important issues closer to the public in an interesting way, but still paying attention to substance. Politicians need to communicate policies in an interesting and easy to understand manner, so that essential issues also receive the attention they deserve. With a smarter and more balanced approach, politics can achieve substantial change.

In Indonesian

Sekarang kita berada di tahun politik, yang bisa dilihat dari tindakan calon wakil rakyat yang berusaha untuk memperoleh perhatian masyarakat melalui berbagai upaya, salah satunya adalah menggunakan meme, emoji atau video TikTok. Indonesia memiliki 23,77% generasi milenial dan 27,99% generasi Z dari total penduduk yang sebagian besar aktif dalam bersosial media. Sehingga generasi muda memiliki potensi untuk membentuk dinamika politik baru dengan memanfaatkan meme dan video TikTok, karena bentuk komunikasi ini sangat relevan dalam berbagai situasi zaman sekarang. Bahkan, beberapa dari kita mungkin sudah membayangkan politik yang dipenuhi oleh generasi muda yang gemar menggunakan meme atau mahir dalam menari di TikTok. Tidak mengherankan bahwa hal ini dapat menjadi alat yang efektif untuk menarik perhatian masyarakat.

Namun, seperti yang diantisipasi banyak orang, jika seandainya politik hanya berlandaskan meme dan TikTok akan membawa konsekuensi yang konyol. Para politisi lebih fokus pada membuat konten yang dapat dengan cepat mendapatkan reaksi positif di media sosial. Undang-undang akan ditempatkan dalam laci yang terlupakan, kebijakan penting seringkali didasarkan pada viralitas suatu isu di media sosial serta isu-isu kompleks seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan ekonomi akan terabaikan. Tidak mungkin sebuah kebijakan bisa diterima atau ditolak hanya karena seberapa banyak "likes" atau "dislikes" yang diterimanya di platform media sosial.

Maka dari itu solusinya adalah dengan mendekatkan isu-isu penting kepada publik melalui cara yang menarik, tetapi tetap memperhatikan substansi. Politisi perlu mengkomunikasikan kebijakan secara menarik dan mudah dimengerti, sehingga isu-esensial juga mendapat perhatian yang seharusnya. Dengan pendekatan yang lebih cerdas dan seimbang, politik dapat mencapai perubahan yang substansial.

In Makassar


Language: Buginese

Ya makkoe engka ki ko taung politik, ya weddinge di ita fole kedo calong wakkele’ rakyat ya makkatiang untu runtu perhatiang masyaraka fole berbagai upaya, sala seddinna iyanaritu mappake meme, emoji atau video tiktok. Indonesia mappunnai 23,77% generasi milenial dan 27,99% generasi Z fole total masyarakat’e, ya megangngi pake sosial media. Sehingga anak-anak makakkoangnge carana membantu iyanaritu’ ma’kabu meme sibawa ma’kabu video TikTok. Na saba’ meme sibawa video ya magello dipake jaman sekarang supaya mengerti masyarakat ‘e. Bahkan mungkin, pura ki ma’pikkiri bahwa politik’e makakkoangnge megangngi anak-anak muda yang macca makka’bu’ meme sibawa TikTok untuk malai fokus na masyarakat ‘e supaya mitae meme sibawa video TikTok yang nakabu’e anak mudae makakkoangnge.

Tapi narekko meme sibawa video bawang kabau’ megangngi anujanna ungka. Sehingga para politisi megangngi ma’kabu’ konten iya magatti’e runtuk anu madeceng ku media sosial’e. Sehingga anak-anak muda ya ka’kangnge ya makkabu’e moe meme sibawa video iyana ritu’ anu berita viral, berita-berita iyya dibicarakang’e makakkoangnge, masyarakat iyya manannge megangngi mitai berita viral’e. Anu janna’ pemerinta iyanaritu contohna kemeskinan dan ekonomi itu de’na diperhatikang’i gara-gara masyarakat megang’i mitai berita-berita viral daripada mitang’i anujana bangsa Indonesia. Narekko de’wedding aturang iro wedding diterima hanya karena megang’i de’na poji tau’e ku sosial media’e.

Makanya jalan yang wedding dipake atas permasalahan-permasalahan ya teppu’ riaseng iyana ritu menceritakan berita-berita ya penting’e ku masyarakat’e dengan cara magello, dengan cara iya mudae iya malomoe na mengerti masyarakat’e. Tetapi harus ki’ perhatikang i aga berita ya ilaputukung ‘i iyya ku masyarakat’e. Politisi harus ki makkabbu aturan iyya magello ‘e sibawa malomoe na pahang ‘i masyarakat’e. Nasaba’ narekko’ berita-berita iyya seharusna nakelingnga masyarakat’e lettu i masyakat’e bukan hanya berita viral saja. Sehingga dengan cara yang magello politik ini bisa gawukang’i anu madeceng.