Literature krisis pengungsi

Polé BASAsulselWiki
Luppe lao:navigasi, sappa
20220519T152738298Z350200.jpeg
0
Vote
Sumber Foto
okezone
Asenna Makkebu’e
Ko engka sumber lainna
Pengungsia


Tambahkan komentar Anda
BASAsulselWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Menurut ta, langkah aga kira-kira mulle riala pemerintah e untuk selesaikangi masalana pabbalu iccu’e?

Penjelasanna ko ri bahasa


Basa Inggris

We have all heard of the refugee crisis of people fleeing war-torn countries, separated immigrant

families, parents risking their lives and limbs to provide a brighter future for their children. Refugees are individuals who have been forced to leave their country due to persecution, war or

violence. The majority of them are from Afghanistan, Syria, Yemen and Iraq . Where their lives are threatened, their freedoms are threatened and their human rights are violated. Because of their religion or ethnicity, they are treated like second-class citizens in their own homes, faced with symptoms of inner displacement due to conflict such as violence, discrimination, severe poverty and political instability. A total of 1,660 refugees from other countries still survive in Makassar, South Sulawesi, and are monitored by the local Immigration Detention Center (Rudenim). Various confessions from refugees in Makassar said that they experienced discrimination from the hospital, such as they were not given proper medicines and refused to get a free dose of vaccination. The Ministry of Health admits that it cannot prioritize vaccination for refugees because it is still focused on meeting the needs of Indonesian citizens. In addition, the lack of certainty of protection guarantees from refugee institutions and local governments is certainly a big problem that must be suffered by refugees. In my own perspective, helping refugees is the duty of all of us as fellow human beings, we too must be sensitive to the pain and suffering experienced by our brothers and sisters. Therefore, we can start from ourselves such as doing online donations, donating food and drinks, and spreading news about the suffering of the refugees because of the fact that there are still many people who turn a blind eye to reaching out to refugees because of their ignorance of the suffering and problems that refugees have to suffer. Therefore we can take advantage of the very rapid technological advances to disseminate

information that can help our brothers and sisters instead of using it for useless things.

Basa Indonesia

Kita semua pernah mendengar tentang krisis pengungsi yakni orang-orang yang melarikan diri

dari negara-negara yang dilanda perang, keluarga imigran yang terpisah, orang tua yang mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuh untuk memberikan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak mereka. Pengungsi adalah individu yang terpaksa meninggalkan negara mereka karena penganiayaan, perang atau kekerasan. Mayoritas dari mereka berasal dari Afghanistan, Suriah, Yaman, dan Irak . Di mana kehidupan mereka terancam, kebebasan mereka terancam dan hak asasi mereka dilanggar. Karena agama atau etnis mereka, mereka diperlakukan seperti warga negara kelas dua di rumah mereka sendiri, dihadapkan dengan gejala perpindahan inner akibat konflik seperti kekerasan, diskriminasi, kemiskinan parah dan ketidakstabilan politik. Sebanyak 1.660 pengungsi dari negara lain masih bertahan di Makassar, Sulawesi Selatan, dan diawasi oleh Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) setempat. Berbagai pengakuan dari pengungsi yang berada di Makassar mengatakan bahwa mereka mengalami diskriminasi dari pihak rumah sakit seperti mereka tidak diberikan obat-obatan yang layak dan tertolak mendapatkan dosis vaksinisasi secara gratis. Kementerian Kesehatan mengaku belum bisa memprioritaskan vaksinasi untuk pengungsi sebab masih fokus memenuhi kebutuhan warga negara Indonesia. Selain itu belum adanya kepastian jaminan perlindungan dari lembaga pengungsi maupun pemerintah setempat tentunya merupakan masalah yang besar yang harus diderita oleh pengungsi. Dalam perspektif saya sendiri, menolong para pengungsi merupakan tugas kita semua sebagai sesama manusia, kitapun harus peka terhadap rasa sakit dan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita. Oleh karena itu, kita bisa memulai dari diri kita sendiri seperti melakulan donasi online, donasi makanan dan minuman, serta menyebarkan berita-berita mengenai penderitaan para pengungsi karena faktanya masih banyak orang-orang yang menutup mata untuk mengulurkan tangannya kepada pengungsi karena ketidaktahuannya atas penderitaan dan masalah-masalah yang harus diderita oleh para pengungsi. Oleh karena itu kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi yang sangat pesat untuk menyebarkan informasi-informasi yang dapat menolong saudara-saudara kita daripada menggunakannya kepada hal-hal yang tidak

berfaedah.

Basa Makassara




[[Question all::MediaWiki:ActiveWikithonQuestion/ban| ]]