Literature Memaknai Politik di Indonesia

From BASAsulselWiki
20231214T151112371Z010807.jpeg
Photo source
gurusiana.id
Author(s)
    Affiliation
    Universitas Bosowa
    Category
    College/University
    Reference


    Add your comment
    BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    Description


    In English

    In long political history, the dynamics of identity actually run deep The level of fiction is defined not as things that "don't exist" but are tied to each other in uniform or intersubjective beliefs. That in the end it always is leads humans to unique and deeply terrifying social and political dynamics certain periods. Political parties are defined as "organizations that are national in nature and formed by a group of Indonesian citizens voluntarily on the basis of equality of will and ideals to fight for and defend the political interests of members, society, nation and state and maintain the integrity of the Unitary State of the Republic of Indonesia based on Pancasila and the 1945 Constitution" (UU 2/2008 concerning Political Parties as amended with Law 2/2011). In an effort to fight for and defend his political interests, Political parties often use various methods which are of course within the party's ideals Politics always takes place in the spaces of implementing the nation's ideals of independence as well strengthening Indonesian politics and democracy. but, in the process it is often used things that will erode democracy itself. The decline of democracy in this article interpreted as a political cultural behavior that prioritizes the spirit of identity of each each and forgetting the interests of the general public. The simple impact of this phenomenon is a biased view of ideology as the basis of political parties in their efforts to transform their values ​​in everything form of state policy. What emerged was pragmatism and political sentiment as well the prominence of identity politics in all forms of behavior coupled with gimmicks intriguing political gimmick. It is not surprising, then, that identity politics itself will become Undoubtedly, pragmatically, this is the most concrete effort to remain maintain the constituent base. Although over a long period of time, political use identity will have a chronic impact on the country's political democracy.

    In Indonesian

    Dalam long history political, dinamika identitas yang sehakikatnya berjalan dalam

    tataran fiksi diartikan bukan sebagai hal yang “tidak ada” melainkan terikat satu sama lain dalam keyakinan yang seragam atau intersubjektif. Bahwa pada akhirnya selalu menghantarkan manusia pada dinamika sosial politik yang unique sekaligus terrifying dalam beberapa periode tertentu. Partai politik diartikan sebagai “organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara voluntarily on the basis of equality kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945” (UU 2/2008 tentang Partai Politik sebagaimana diubah dengan UU 2/2011). Dalam usaha untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politiknya tersebut, partai politik kerap menggunakan berbagai macam cara yang tentunya dalam idealisme partai politik selalu berangkat dalam ruang-ruang pelaksanaan cita-cita kemerdekaan bangsa serta penguatan politik dan demokrasi Indonesia. but, dalam prosesnya justru kerap menggunakan hal-hal yang akan mengerosi demokrasi itu sendiri. Kemunduran demokrasi dalam tulisan ini dimaknai sebagai satu perilaku budaya politik yang prioritize the spirit of identity masing- masing serta melupakan kepentingan khalayak banyak. Dampak sederhana dari fenomena ini adalah biasnya pandangan ideologi sebagai dasar pijak partai politik dalam usaha mentransformasikan nilai-nilainya di dalam segala bentuk kebijakan negara. Yang muncul, justru pragmatisme dan sentimen politik serta penonjolan politik identitas dalam segala bentuk perilakunya ditambah dengan gimmick- gimmick politik menggelitik. Tak heran, jika kemudian politik identitas sendiri akan menjadi niscaya, secara pragmatis-hal ini sebagai suatu upaya paling konkrit untuk tetap mempertahankan basis konstituen. Meskipun dalam waktu yang panjang, penggunaan politik

    identitas akan berdampak kronis terhadap demokrasi-politik tanah air.

    In Makassar