Tell us about your emotional holiday moments! Post your comments here or propose a question.

PEMUDA ANTI APATIS DALAM PEMILU

20231117T102512649Z349643.jpg
0
Vote
Photo source
Author(s)
    Category
    College/University
    Reference
    Competition
    PemudaPemilu1


    Add your comment
    BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    Elections: Apathy or what?

    Description


    In English

    Youth is the next generation of the nation that has an important role in determining the future direction of the country. One form of youth participation in the life of the nation is by voting in general elections.

    If politics is run by youth who are only concerned with memes and emojis, not the law, then this will be a disaster. Governments will be run by people who lack the knowledge and experience necessary to make important decisions that affect the lives of millions. Laws and regulations will be ignored, and the country will be in chaos. To illustrate this scenario, imagine a fictional story about a group of young politicians who only care about memes and emojis. They call themselves the "Meme Party" and their goal is to make politics more fun and entertaining. They believe that politics should be more like social media, where people can express themselves freely and share funny memes and emojis. In the beginning, the Meme Party was very popular among young people who were tired of traditional politics. They used social media to spread their message and gain support. They promised to make politics more accessible and interesting for everyone. Once they were elected, things started to change. Meme Party members didn't take their responsibilities seriously. They spend most of their time creating and sharing memes rather than working on important issues. They ignored laws and regulations, and made decisions based on what was popular on social media. As a result, the country is in chaos. The economy is in disarray, the crime rate skyrockets, and people lose faith in the government. Meme Party members were more concerned with their popularity on social media than the welfare of the country. In the end, the Meme Party was voted out of office, and the state was left to take action. The young politicians realized that politics is not a game, and they need to take their responsibilities seriously. They realize that memes and emojis alone are not enough to run a country, and they need to have a deep understanding of laws and regulations in order to make the right decisions. However, in recent years, there has been a worrying phenomenon that more and more young people are apathetic towards elections. What causes youth apathy towards elections? Causes of youth apathy towards elections: - Distrust of the political system: Youth feel that the existing political system is unable to fulfill their needs and aspirations. They feel that elections are just a platform for political elites to maintain power and have no positive impact on their lives. - Lack of political education: Youth often have little understanding of politics and elections. This makes them uninterested or unaware of how to participate in elections. - Lack of representation: Youth feel that no candidate represents their aspirations and needs. They feel that existing candidates only represent the interests of certain groups and do not pay attention to the interests of youth. However, youth apathy towards elections can have a negative impact on the future of the country. Elections are an important form of political participation in a democratic system. By not voting, youth lose the right to choose leaders who represent their interests. In addition, youth apathy can also strengthen the dominance of political elites who do not pay attention to the interests of the people. Therefore, efforts are needed to increase youth participation in elections. Some of the efforts that can be made include: - Improving political education: Youth need to be given sufficient understanding about politics and elections. This can be done through political education campaigns that target youth. - Increasing representation: Youth need to be given the opportunity to participate in politics. Political parties can provide opportunities for youth to run as candidates in elections. - Increase transparency: Political elites need to provide clear and transparent information about their programs and policies. This can increase youth trust in the political system.

    In conclusion, if politics is run by young people who only care about memes and emojis, it will be a disaster. Governments will be run by people who lack the knowledge and experience needed to make important decisions. And the number of youth who are apathetic towards elections can lead to distrust of the political system, lack of political education, and lack of representation, so there needs to be an effort to increase youth participation so as not to be apathetic in elections, namely increasing education, increasing representation, and increasing transparency.

    In Indonesian

    Pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan negara. Salah satu bentuk partisipasi pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan memberikan suara dalam pemilihan umum (pemilu).

    Jika politik dijalankan oleh pemuda yang hanya mementingkan meme dan emoji, bukan hukum, maka ini akan menjadi bencana. Pemerintahan akan dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk membuat keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang. Hukum dan peraturan akan diabaikan, dan negara akan berada dalam kekacauan. Untuk mengilustrasikan skenario ini, bayangkan sebuah cerita fiksi tentang sekelompok politisi muda yang hanya peduli pada meme dan emoji. Mereka menyebut diri mereka "Partai Meme" dan tujuan mereka adalah membuat politik lebih menyenangkan dan menghibur. Mereka percaya bahwa politik seharusnya lebih seperti media sosial, tempat orang dapat mengekspresikan diri mereka secara bebas dan berbagi meme dan emoji lucu. Pada awalnya, Meme Party sangat populer di kalangan anak muda yang bosan dengan politik tradisional. Mereka menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan mereka dan mendapatkan dukungan. Mereka berjanji untuk membuat politik lebih mudah diakses dan menarik bagi semua orang. Begitu mereka terpilih, segalanya mulai berubah. Anggota Meme Party tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan serius. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membuat dan berbagi meme daripada mengerjakan isu-isu penting. Mereka mengabaikan undang-undang dan peraturan, dan mengambil keputusan berdasarkan apa yang populer di media sosial. Akibatnya negara menjadi kacau. Perekonomian amburadul, tingkat kejahatan meroket, dan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Anggota Meme Party lebih mementingkan popularitas mereka di media sosial dibandingkan kesejahteraan negara. Pada akhirnya, Partai Meme dikeluarkan dari jabatannya, dan negara dibiarkan mengambil tindakan. Para politisi muda menyadari bahwa politik bukanlah sebuah permainan, dan mereka perlu mengambil tanggung jawab mereka dengan serius. Mereka menyadari bahwa meme dan emoji saja tidak cukup untuk menjalankan suatu negara, dan mereka perlu memiliki pemahaman yang mendalam mengenai undang-undang dan peraturan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

    Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat fenomena yang mengkhawatirkan yaitu semakin banyak pemuda yang apatis terhadap pemilu. Apa yang menyebabkan apatisnya pemuda terhadap pemilu? Penyebab apatisnya pemuda terhadap pemilu: • Ketidakpercayaan terhadap sistem politik: Pemuda merasa bahwa sistem politik yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka. Mereka merasa bahwa pemilu hanya menjadi ajang bagi elit politik untuk mempertahankan kekuasaan dan tidak memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka. • Kurangnya edukasi politik: Pemuda seringkali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang politik dan pemilu. Hal ini membuat mereka tidak merasa tertarik atau tidak tahu bagaimana cara berpartisipasi dalam pemilu. • Kurangnya representasi: Pemuda merasa bahwa tidak ada kandidat yang mewakili aspirasi dan kebutuhan mereka. Mereka merasa bahwa kandidat yang ada hanya mewakili kepentingan kelompok tertentu dan tidak memperhatikan kepentingan pemuda. Namun, apatisnya pemuda terhadap pemilu dapat berdampak buruk bagi masa depan negara. Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yang penting dalam sistem demokrasi. Dengan tidak memberikan suara, pemuda kehilangan hak untuk memilih pemimpin yang mewakili kepentingan mereka. Selain itu, apatisnya pemuda juga dapat memperkuat dominasi elit politik yang tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pemilu. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain: • Meningkatkan edukasi politik: Pemuda perlu diberikan pemahaman yang cukup tentang politik dan pemilu. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye edukasi politik yang menyasar pemuda. • Meningkatkan representasi: Pemuda perlu diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik. Partai politik dapat memberikan kesempatan bagi pemuda untuk mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilu. • Meningkatkan transparansi: Elit politik perlu memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang program dan kebijakan yang mereka usung. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan pemuda terhadap sistem politik.

    Kesimpulannya, jika politik dijalankan oleh anak muda yang hanya peduli pada meme dan emoji, maka akan menjadi bencana. Pemerintahan akan dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk membuat keputusan penting. Dan banyaknya Pemuda yang apatis terhadap pemilu dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap sistem politik, kurangnya edukasi politik, dan kurangnya representasi maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan partisipasi pemuda agar tidak apatis dalam pemilu yaitu meningkatkan edukasi, meningkatkan representasi, dan meningkatkan transparansi.

    In Makassar