Tell us about your emotional holiday moments! Post your comments here or propose a question.

SANGGARA BALANDA

20240220T105916836Z305611.jpg
0
Vote
Photo source
Author(s)
Affiliation
SMAN 9 GOWA
Category
High School
Reference
Competition
Pangan


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

What is local food in your area that you really want your friends to try?

Description


In English

Sanggara' Balanda, is a food made from bananas and the middle is filled with a mixture of margarine, sugar and crushed fried peanuts. Sanggara' in Makassar itself means "Banana", and Balanda means "Netherlands". This banana snack has been around for a long time in Sulawesi. This nickname began to spread after the arrival of the Dutch in Indonesia. "Sanggara' Balanda" was the name for this food for the Dutch at that time, which has now been adopted as a typical culture.

The characteristic of this food is the use of ripe plantains. You should not use other bananas, because they do not match the aroma, texture and taste. Making it also requires the banana to be fried twice, where the first fry is to create a thin skin on the banana as well as the initial caramelization stage, and the second fry is to make the egg coating stick.

The filling is a mixture of peanuts that have been fried/roasted and ground, but not until smooth, with salted margarine. Some people add cheese for additional salty and savory taste. After the banana has been fried twice and rested, cut the banana in the middle but not in half, or through to the other side. The peanut filling was also put into this section. After that, these bananas are put in a container and sprinkled with a thick sugar solution to add sweetness.

In Indonesian

Sanggara' Balanda, adalah makanan yang berbahan dasar pisang yang tengahnya diisi dengan campuran margarin, gula, dan kacang tanah goreng yang telah ditumbuk. Sanggara' dalam bahasa Makassar sendiri berarti "Pisang", dan Balanda berarti "Belanda". Jajanan pisang ini telah ada sejak lama di tanah Sulawesi. Julukan ini mulai menyebar setelah kedatangan orang-orang Belanda di Indonesia. "Sanggara' Balanda" adalah sebutan atas makanan ini bagi orang Belanda pada zaman itu, yang sekarang diadopsi menjadi sebuah kultur khas.

Ciri khas dari makanan ini adalah penggunaan pisang raja yang telah matang. Tidak boleh menggunakan pisang yang lain, karena tidak cocok secara aroma, tekstur, dan rasa. Pembuatannya juga mengharuskan pisang digoreng dua kali, di mana gorengan pertama untuk membuat kulit tipis pada pisang sekaligus tahap karamelisasi awal, dan gorengan kedua untuk membuat baluran telur dapat menempel.

Isian merupakan campuran dari kacang tanah yang telah digoreng/disangrai dan ditumbuk, tapi tidak sampai halus, dengan margarin asin. Beberapa orang menambahkan keju untuk rasa asin dan gurih tambahan. Setelah pisang digoreng dua kali dan diistirahatkan, pisang dibelah bagian tengahnya namun tidak sampai terbelah dua, maupun tembus ke sisi sebelah. Isian kacang tadi pun dimasukkan ke belahan ini. Setelah itu, pisang-pisang ini dimasukkan dalam wadah dan disiram dengan larutan gula kental untuk menambah kemanisan.

In Makassar

Sanggara balanda ia mi antu kanre-kanreang unti niaka rintanggana ribonei campuran margarin golla eja na kacang tanah le'b'baka RI sanggara na ni tumbuk.

Sanggara balanda ya inne niami sanna sallona RI Butta Sulawesi. Julukanna inne tassiara le'banna tau balandayya battu RI Indonesia.

Ciri khasna Ine ia mi antu ammakei unti raja ti'no. Tena na akkule make unti maraeng ka Tena na Coco tekstur na bauna na rasa na.

Bonena ia mi antu campurang battu kacang tanah le'b'baka RI sanggara, tapi Tena na alusu, margarin.

Le'bana RI sanggara pinruang RI pamantangi rong. Anjo untia RI Belah tanggana tapi Tena terbelah 2 na Tena tong tembus RI sisi sebelah na. Boneang na kacang RI pantamaki di tanggana anjo untia nampa RI Bambangi golla ejaya le'ba na anjo ripanaungi unti le'baka ribonei tanggana nampa RI bambangi baji ki poeng punna Jai kacangna na assipa ku kasia siangang agangku