Tell us about your emotional holiday moments! Post your comments here or propose a question.

Politikus Muda Pemimpin Kita

20231215T134923600Z432794.JPG
0
Vote
Photo source
Author(s)
Affiliation
Universitas Negeri Makassar
Category
College/University
Reference
Competition
ForYourPolitics


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

What will happen if politics is run by young people who only care about memes and emojis rather than laws?

Description


In English

Nowadays, it is not uncommon for us to find young initiators involved in political events around us. Starting from descendants of rulers to celebrities. So what will happen when they take the lead? There are various possibilities if this happens. Of course, many policies have emerged that are in line with current developments, but the egocentricity of this young leader is still very strong and in a high position. The presentation of concern will also be more millennial and focused on desires alone, because it is considered not yet mature enough to pursue public policy, this is triggered by a lack of experience and lack of knowledge.


The demographic bonus that is starting to be felt is that many youth figures are emerging with ideas who are said to be ready to lead and fight in the 2024 elections. Is it deemed worthy of raising the slogan "the young are in power?" Young leaders indeed have many advantages today, but readiness is not limited to mere rhetoric. More experience is needed to secure the vote, it's not just about one or two people. But this is for Indonesia and its progress.


When young people lead, maybe dictatorship is no longer something to be afraid of, but the authority of the leaders needs to be questioned, without realizing it, collusion can be avoided, let alone undermine the nepotism efforts that continue to occur. The problem is what if our system becomes funny? Many policies actually seem millennial but are dangerous. For example, every member of society needs to have a social media account and is then obliged to follow their leader's account. Instead of dissolving it in public, it becomes content and then spreads it widely. However, this still depends on who the person is and what solutions are presented for the common good.

In Indonesian

Saat ini, tak jarang kita temukan para pengagas muda terjun dalam perhelatan politik di sekitar kita. Mulai dari keturunan penguasa hingga selebritas. Lalu apa yang akan terjadi ketika mereka memimpin?, ada berbagai kemungkinan jika hal ini terjadi. Pastinya begitu banyak kebijakan yang dimunculkan selaras dengan perkembangan saat ini, namun egosentris dari pemimpin muda ini masih sangat kental dan berkedudukan tinggi. Persembahan kepeduliannya pun akan lebih milenial dan berorientasi pada keinginan semata, karena dinilai belum cukup matang untuk mengupayakan kebijkan bersifat publik, hal tersebut dipicu oleh minimnya pengalaman dan kurangnya pengetahuan.


Bonus demografi yang mulai dirasakan bermunculannya begitu banyak tokoh pemuda dengan gagasan yang katanya siap untuk memimpin dan bertarung dalam pemilu 2024. Terjunnya slogan “yang muda yang berkuasa” apakah dirasa telah layak untuk digaungkan?. Pemimpin muda memanglah memiliki banyak kelebihan saat ini, namun kesiapan bukan terbatas pada retorika semata. Perlu lebih banyak pengalaman agar suara dapat di amankan, ini bukan tentang satu atau dua orang saja. Tetapi ini untuk indonesia dan kemajuannya.


Saat pemuda yang memimpin, mungkin kediktatoran bukan lagi hal yang perlu ditakutkan, tapi wibawa dari pemimpin perlu dipertanyakan, tanpa disadari kolusi bisa saja dihindari, apalagi meruntuhkan upaya nepotisme yang terus terjadi. Masalahnya adalah bagaimana jika sistem kita menjadi lucu? Banyak kebijakan yang justru terkesan milenial namun membahayakan. Misalnya setiap masyarakat perlu memiliki akun media sosial kemudian wajib untuk menfollow akun pemimpinnya, pertengkaran di muka umum bukannya dilerai malah dijadikan konten lalu disebar luaskan. Kendati demikian ini masih tergantung siapa orangnya dan bagaimana solusi yang dimunculkan untuk kemaslahatan bersama.

In Makassar

Rikamma'kamannea anne, biasa nigappa parangta rupa tau anak mudayya anggale bagean ri politik niaka ri sa'ringta. Battu ri nianakkanga ri tau lompoa arengna yareka tau biasayya nikana artis. Apa la kajariang punna ana mudayya ajjari tau ni pilanggeri? loe pqnggisengan la kajariang. Pastimi loe pa'pilangerang lani gaukang amminawang linoa rik kakkamannea. mingka lompoa panggali'na anak mudayya. Panggamaseangna talla anjalling umuruki anggaukan kabajikan na sikamma kurang kinjai panggisengangna.

Anak mudayya munjuluki surang pappinawanggang kana ma bajika, sikamma erokna cidong ri kadera pammileanga 2024. Anak mudayya ni pilanggeri, ga'gami ni langgere'atau tena pa? anak mudayya loe memang kalabbirangna. Mingka inne teai passala kanaja bawang. Apa lanigaukan sampanggalingna untuk kabajikanna Indonesia.

Ajjari masalah punna inne nigaukanga paka'kalaki. Loe passabakkeng bahaya lani gappa. akkamannea tau bajika mami nipanjallingi tikamma na baji nigaukan apa-apayya untuk kabajikan tau loea.