0
Vote
- Photo source
- Author(s)
- Category
- College/University
- Reference
- Competition
- PemudaPemilu1
Elections: Apathy or what?
Description
In English
Towards the 2024 democratic election party, to date the majority of the political stage is filled by the millennial generation whose percentage is around 56 percent, whether as election organizers, members of the supervisory committee, active voters and even part of political parties to contest on February 14 2024. But what will be focused on In this article, they are the millennial generation who have the status of members of political parties who will fight in the 2024 legislative elections, so the basic question is whether they are suitable in terms of quality and capacity?
The rise of legislative election billboards installed along the streets that read "It's time for the millennial generation to bring change" once asked what kind of changes you will make when elected? But the answer is long-winded and still thinking. Labe'i bringer of change narekko denisseng aga akkatta sitongengna, naseng e tau ogi'e "curita mix ettu" meaning when just words want to bring change, it's like farting. It's like that when Gen Z is dependent on using digital platforms to type memes and emojis without understanding the concrete mandate of the constitution and uses their popularity to advance in legislative election contestations even though being a legislative candidate is not that joking. So the impact that will occur if Gen Z joins a political party without being balanced with knowledge and goals is: Damage to the foundation for producing quality leaders so that prosperity will not be realized in society. Therefore, it is necessary for Gen Z to provide ideas or solutions to solve current problems and provide constructive criticism so that when they enter the world of politics they will have credibility that can bring change in society nennia mancaji pemimpin macca na malempu.
In Indonesian
Menuju pesta demokrasi pemilu 2024, sampai hari ini panggung politik mayoritas dipenuhi oleh generasi millenial yang presentasenya sekitar 56 persen baik itu sebagai penyelenggara pemilu, anggota panwaslu,menjadi pemilih aktif bahkan menjadi bagian dari partai politik untuk berkontestasi di 14 Februari 2024 mendatang Tetapi yang akan difokuskan pada tulisan ini adalah mereka generasi millenial yang berstatus anggota partai politik yang akan bertarung di pileg 2024 sehingga pertanyaan mendasar adalah apakah mereka sudah pantas dari segi kualitas dan kapasitas??
Maraknya baliho pileg yang terpasang disepanjang jalanan yang bertuliskan “Saatnya generasi millennial membawa perubahan” sekalinya ditanya perubahan seperti apa yang anda akan lakukan ketika terpilih? Tapi jawabannya bertele-tele dan masih mikir. Labe’i pembawa perubahan narekko denisseng aga akkatta sitongengna, naseng e tau ogi’e “curita campur ettu” artinya ketika hanya perkataan saja ingin membawa perubahan, itu ibaratkan kentut saja. Seperti itulah ketika Gen Z ketergantungan menggunakan platform digital mengetik meme dan emoji tanpa memahami amanat konstitusi secara konkrit dan menggunakan popularitasnya untuk maju pada kontestasi pileg padahal menjadi seorang caleg tidak sebercanda itu. Sehingga dampak yang akan terjadi jika Gen Z turun ke partai politik tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan tujuan yaitu: Rusaknya pondasi untuk melahirkan pemimpin yang berkualitas sehingga nantinya tidak terwujud kesejahteraan kepada masyarakat. Maka dari itu perlunya Gen Z untuk memberikan ide atau gagasan solusi untuk menyelesaikan permasalahan saat ini dan memberikan kritikal yang membangun sehingga ketika terjun di dunia politik akan mempunyai kredibilitas yang dapat membawa perubahan ditengah masyarakat nennia mancaji pemimpin macca na malempu’.
In Makassar
⏤
Enable comment auto-refresher