Tell us about your emotional holiday moments! Post your comments here or propose a question.

Why close your eyes and ears?

20220801T132554313Z844781.jpeg
Photo credit
Google
Contributor
Sara Sabila Mahu


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Description


English

Sexual violence is a form of violation of human rights that has been happening since the past until now. Indonesia is ranked 96th out of 145 countries with the highest level of sexual violence with women as the main object, we cannot deny that sexual violence can also occur to men, but indeed women are more victims of sexual violence.

Sexual violence is any act of degrading, humiliating, harassing, and/or attacking a person's body, and/or reproductive function, due to unequal power relations and/or gender, which results in or can result in psychological and/or physical suffering including those that interfere with a person's reproductive health. and lost the opportunity to carry out education safely and optimally.

Sexual violence can happen anywhere, anytime, by anyone, and from anyone. Both women and men. Adults, teens and toddlers. Regardless of gender and age. Even sexual violence can be done by those closest to us. Neighbors, friends, relatives, girlfriends, or even our own family. I don't know what goes on in the minds of the perpetrators of sexual assault? The people we care about who are supposed to protect actually behave the opposite way. Violence can occur anywhere, from public places, schools, campuses, social media, even our own homes which are considered the safest places.

Women are vulnerable to being the main object of sexual violence because women are considered to have no power, both physical and legal. On average, women who experience sexual violence will not dare to report or even tell anyone, because such things will be considered a disgrace even by their own families, not infrequently reproaches also come from fellow women who also intimidate victims of sexual violence. People around us will assume that sexual violence is caused by ourselves, people will blame the way we dress but they forget that many victims of sexual violence have a closed appearance.

Women are considered weak by social facts that result in acts of deviating human rights for women getting less attention. Often women's freedom is limited because of the inherent patriarchal culture in our society, women are regulated by their appearance, their way of life is regulated by the rules built by society. When a woman's actions are judged not to be in accordance with the understanding of our society, women will be considered as bad women, a bit sad but that is what is happening in our society today.

Victims of sexual violence who are blamed for causing other victims also keep their mouths shut because of the loss of trust in the people around them. There are victims who can perfectly close it tightly and choose to continue with a normal life, there are those who experience prolonged trauma and depression to the point of having to be treated by a psychiatrist, and even worse, commit suicide. Are these cases still not enough to heed women's rights, why still turn a blind eye and ear?

Indonesian

Kekerasan seksual adalah bentuk menyimpangan hak asasi manusia yang dari dulu hingga saat masih terus terjadi. Indonesia menduduki peringkat ke-96 dari 145 negara dengan tingkat kekerasan seksual tertinggi dengan perempuan sebagai objek utama, tidak kita pungkiri bahwa kekerasan seksual pun dapat terjadi kepada laki-laki, namun memang perempuan lebih banyak menjadi korban atas kekerasan seksual.

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal. Kekerasan seksual bisa terjadi dimanapun, kapanpun, oleh siapapun, dan dari siapapun. Perempuan maupun laki-laki. Orang dewasa, remaja, maupun balita. Tanpa mengenal gender dan usia. Bahkan kekerasan seksual bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat kita. Tetangga, teman, saudara, pacar, atau bahkan keluarga kita sendiri. Entah apa yang ada didalam pikiran para pelaku kekerasan seksual? Orang-orang yang kita sayangi yang seharusnya melindungi malah berperilaku sebaliknya. Kekerasan bisa terjadi dimanapun, mulai dari tempat umum, sekolah, kampus, media sosial, bahkan rumah kita sendiri yang dianggap sebagai tempat paling aman. Perempuan rentan menjadi objek utama kekerasan seksual karena perempuan dianggap tidak memiliki kekuatan baik fisik maupun hukum. Rata-rata perempuan yang mengalami kekerasan seksual tidak akan berani melapor atau bahkan bercerita ke pada siapa pun, karena hal semacam itu akan dianggap sebagai aib bahkan oleh keluarga sendiri, tak jarang celaan juga datang dari sesama perempuan yang turut mengintimidasi korban kekerasan seksual. Orang disekitar kita akan menganggap bahwa kekerasan seksual terjadi akibat diri kita sendiri, orang akan menyalahkan cara berpakaian kita tapi mereka lupa bahwa banyak korban kekersan seksual berpenampilan tertutup. Perempuan dinilai lemah oleh fakta sosial yang mengakibatkan tindakan-tindakan penyimpangan hak asasi manusia bagi perempuan kurang diperhatikan. Sering kali kebebasan perempuan di batasi karena masih melekatnya budaya patriarki pada masyarakat kita, perempuan diatur penampilannya, diatur cara hidupnya dengan aturan-aturan yang dibangun oleh masyarakat. Ketika ada perbuatan perempuan yang dinilai tidak sesuai dengan paham masyarakat kita maka perempuan akan dianggap sebagai perempuan tidak baik, agak miris tapi itulah yang terjadi pada masyarakat kita saat ini.

Korban kekerasan seksual yang disalahkan menyababkan korban-korban lain pun turut menutup mulut karena hilangnya rasa percaya terhadap orang-orang disekitarnya. Ada korban yang bisa dengan sempurna menutupnya rapat-rapat dan memilih melanjutkan hidup dengan normal, ada yang mengalami trauma berkepanjangan dan depresi hingga harus ditangani oleh ahli jiwa, dan yang lebih buruk bunuh diri. Apakah kasus-kasus ini masih belum cukup untuk mengindahkan hak-hak perempuan, mengapa masih menutup mata dan telinga?

Makassar

Other local Indonesian Language ( )