Literature kue benang-benang

From BASAsulselWiki
Revision as of 00:04, 20 February 2024 by Khaerunnisa140108 (talk | contribs) (Edited automatically from page Literature kue benang-benang.)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
20240219T235203375Z640313.jpg
0
Vote
Photo source
Author(s)
Affiliation
SMAN 9 GOWA
Category
High School
Reference
Competition
Pangan


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

What is local food in your area that you really want your friends to try?

Description


In English

Bannang-bannang is often interpreted as a symbol of an intertwined relationship, which is why this cake is always present at wedding ceremonies as a symbol of the interconnectedness and close relationship between the two families who are carrying out the wedding ceremony. The bride and groom and their families are expected to need each other and work together until death do them part.

Bannang-bannang looks like a rectangular tangle of thread. The taste is savory and sweet, suitable as a snack when sipping tea or coffee at a wedding party. Bannang-bannang is made from rice flour and brown sugar. Traditional Makassar society and surrounding people think that Bannang-bannang is a symbol of eternity and undecided. This means, that in marriage, husband and wife must always together in unceasing relationship, even in conditions of incapacity

the couple guessed.

In Indonesian

Sekilas tentang Bannang-Bannang

Bannang-bannang merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Makassar disebut bannang-bannang. sedangkan dalam bahasa Bugis disebut nennu'- nennu. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan gula merah ini memiliki bentuk seperti benang kusut. Bannang-bannang sendiri merupakan salah satu kue yang selalu ada dalam lamaran hingga pernikahan.

Filosofi dan Makna

Bannang-bannang memiliki bentuk seperti benang kusut, yaitu benang yang pangkal dan ujungnya tidak tahu berada dimana. Hal ini menggambarkan beberapa makna dan filosofi, yaitu pertama sebagai manusia kita tidak perlu mempermasalahkan siapa kita, darimana asal usul kita, asalkan selama yang kita lakukan adalah mulia, maka lakukanlah. Makna kedua, yaitu sebagai penggambaran kehidupan rumah tangga / pernikahan sebagai satu kesatuan yang saling terkait (bergabungnya 2 keluarga yang saling membutuhkan dan bekerja sama) dan takkan pernah bisa dipisahkan hingga maut memisahkan. Semakin kusut maka makin sulit untuk diurai atau dipisahkan. Sedangkan rasa gurih dan manis yang dihasilkan dari bannang-bannang menggambarkan sebuah harapan manisnya perjalanan dari pernikahan hingga proses berumah tangga.

In Makassar