- Photo source
- Author(s)
- Category
- College/University
- Reference
Description
In English
So it is not surprising that when discussing elections, many young people will end up acting apathetic. The apathy of the youth is a consequence of every betrayal of the people's representatives in parliament there. Especially in the midst of the current election momentum, we have found many intelligent people who are making promises for a prosperous life. They are smart because everything they do will always use their brains, in fact they are superior to ordinary people who only have brains, they actually have two brains, a bad brain and a good brain. The money brain will always go hand in hand with the money brain for the sake of power. Money thinking or money politics will always be a powerful strategy for them to win a seat in parliament.
Therefore, it is not a taboo thing if in the end corrupt practices will continue to occur and become a culture in this country. They will eventually take back the money that these intelligent people pour out after they sit comfortably in parliament. It is the natural nature of humans to be greedy and greedy who don't want to just lose. Until in the end, apathy will become the most appropriate diction that represents every disappointment that is born. It is also felt that all forms of criticism, all forms of resistance will be in vain, because the people's representatives who are supposed to represent the aspirations of the people, have deafened their ears and blinded their consciences because of greed. So if you are faced with an election, it would be better to choose the one with the least bad qualities, because basically none of them are good.In Indonesian
Sehingga tidak heran jika berbincang terkait Pemilu, banyak pemuda yang pada akhirnya akan bersikap apatis. Sikap apatis para pemuda merupakan sebuah konsekuensi atas setiap pengkhianatan para representasi rakyat di parlemen sana. Apalagi ditengah momentum Pemilu seperti sekarang ini, telah banyak didapati orang-orang cerdas yang bergelimang janji demi suatu hidup yang sejahtera. Mereka cerdas sebab segala yang mereka lakukan akan selalu menggunakan otak, bahkan mereka lebih hebat dari rakyat biasa yang hanya memiliki otak, mereka justru memiliki dua otak, otak bulus dan otak fulus. Otak fulus akan selalu beriringan dengan otak bulus demi sebuah kekuasaan. Otak fulus atau politik uang akan selalu menjadi strategi ampuh bagi mereka demi sebuah kursi di parlemen.
Oleh sebab itu, bukan sebuah hal yang tabu jika pada akhirnya sebuah praktek Korupsi akan terus terjadi dan menjadi kultur di negara ini. Uang-uang yang digelontorkan orang-orang cerdas itu pada akhirnya akan mereka ambil kembali setelah mereka duduk manis di parlemen. Telah menjadi sifat alamiah para manusia tamak dan serakah yang tidak ingin merugi begitu saja. Hingga pada akhirnya apatis akan menjadi diksi paling tepat yang mewakili setiap kekecewaan-kekecewaan yang terlahir. Dirasa juga segala bentuk kritikan, segala bentuk perlawanan akan terasa sia-sia, sebab para wakil rakyat yang seharusnya mewakili aspirasi rakyat, telah tuli telinga mereka serta buta nurani mereka karena sebuah keserakahan. Jadi jika dihadapkan dengan Pemilu, alangkah baiknya untuk memilih yang paling sedikit keburukannya, sebab pada dasarnya tidak ada dari mereka yang baik.In Makassar
Enable comment auto-refresher
Opie
Permalink |