Literature Katanya KKN Telah Mati

From BASAsulselWiki
Revision as of 04:25, 11 November 2023 by Syauqi aqram (talk | contribs) (Edited automatically from page Literature Katanya KKN Telah Mati.)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
0
Vote
Photo source
Author(s)
Category
College/University
Reference
Competition
PemudaPemilu1


Opie

12 months ago
Score 0++
Muh Taufiq
Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Elections: Apathy or what?

Description


In English

It is said that the practice of KKN or what is often referred to as Corruption, Collusion and Nepotism has died out since the collapse of Soeharto's cruel regime. However, the reality that is happening now shows that this tyrannical practice still exists and is ingrained in the bodies of every person who is greedy for power. Not without reason, recently a Chief Justice of the Constitutional Court has been proven to have committed a serious violation of the code of ethics and behavior of Constitutional Judges by making a decision that contradicts previously existing rules. Constitutional Judges, who are actually noble institutions that administer the constitution of a country without any intervention from any party, actually clearly carry out a stupid practice by making a decision that will ultimately perpetuate nepotism.

So it is not surprising that when discussing elections, many young people will end up acting apathetic. The apathy of the youth is a consequence of every betrayal of the people's representatives in parliament there. Especially in the midst of the current election momentum, we have found many intelligent people who are making promises for a prosperous life. They are smart because everything they do will always use their brains, in fact they are superior to ordinary people who only have brains, they actually have two brains, a bad brain and a good brain. The money brain will always go hand in hand with the money brain for the sake of power. Money thinking or money politics will always be a powerful strategy for them to win a seat in parliament.

Therefore, it is not a taboo thing if in the end corrupt practices will continue to occur and become a culture in this country. They will eventually take back the money that these intelligent people pour out after they sit comfortably in parliament. It is the natural nature of humans to be greedy and greedy who don't want to just lose. Until in the end, apathy will become the most appropriate diction that represents every disappointment that is born. It is also felt that all forms of criticism, all forms of resistance will be in vain, because the people's representatives who are supposed to represent the aspirations of the people, have deafened their ears and blinded their consciences because of greed. So if you are faced with an election, it would be better to choose the one with the least bad qualities, because basically none of them are good.

In Indonesian

Katanya praktek KKN atau yang sering disebut sebagai Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah mati sejak runtuhnya rezim kejam Soeharto. Namun realitas yang terjadi sekarang menampakkan bahwa praktek zalim itu masih tetap ada dan mendarah daging di tubuh setiap orang yang tamak akan kekuasaan. Bukan tanpa alasan, baru ini seorang Ketua Mahkamah Konstitusi telah terbukti melakukan pelanggaran berat terhadap kode etik dan perilaku Hakim Konstitusi yang dimana membuat sebuah putusan yang berkontradiksi dengan aturan yang sudah ada sebelumnya. Hakim Konstitusi yang notabenenya sebagai lembaga mulia yang mengurusi konstitusi sebuah negara tanpa adanya sebuah intervensi dari pihak apapun, malah dengan jelas melakukan sebuah praktek dungu dengan membuat sebuah putusan yang pada akhirnya akan melanggengkan sebuah nepotisme.

Sehingga tidak heran jika berbincang terkait Pemilu, banyak pemuda yang pada akhirnya akan bersikap apatis. Sikap apatis para pemuda merupakan sebuah konsekuensi atas setiap pengkhianatan para representasi rakyat di parlemen sana. Apalagi ditengah momentum Pemilu seperti sekarang ini, telah banyak didapati orang-orang cerdas yang bergelimang janji demi suatu hidup yang sejahtera. Mereka cerdas sebab segala yang mereka lakukan akan selalu menggunakan otak, bahkan mereka lebih hebat dari rakyat biasa yang hanya memiliki otak, mereka justru memiliki dua otak, otak bulus dan otak fulus. Otak fulus akan selalu beriringan dengan otak bulus demi sebuah kekuasaan. Otak fulus atau politik uang akan selalu menjadi strategi ampuh bagi mereka demi sebuah kursi di parlemen.

Oleh sebab itu, bukan sebuah hal yang tabu jika pada akhirnya sebuah praktek Korupsi akan terus terjadi dan menjadi kultur di negara ini. Uang-uang yang digelontorkan orang-orang cerdas itu pada akhirnya akan mereka ambil kembali setelah mereka duduk manis di parlemen. Telah menjadi sifat alamiah para manusia tamak dan serakah yang tidak ingin merugi begitu saja. Hingga pada akhirnya apatis akan menjadi diksi paling tepat yang mewakili setiap kekecewaan-kekecewaan yang terlahir. Dirasa juga segala bentuk kritikan, segala bentuk perlawanan akan terasa sia-sia, sebab para wakil rakyat yang seharusnya mewakili aspirasi rakyat, telah tuli telinga mereka serta buta nurani mereka karena sebuah keserakahan. Jadi jika dihadapkan dengan Pemilu, alangkah baiknya untuk memilih yang paling sedikit keburukannya, sebab pada dasarnya tidak ada dari mereka yang baik.

In Makassar


Language: Buginese

Oleh sebab iro, tennia siddi agaga yang tabu narekko pada akhirna iyyewe praktek korupsi akan tuttu terjadi sibawa mancaji toi kultur negara. Dui dui iro nabbereangnge tau macca e pada akhirna nala moi pemeng matu narekko tudang ni ri kadera parlemen. Pura mancaji sipa' abiasanna ni tau tamak sibawa serakah iro dee na melo rugi makkoro bawang. Lettu pada akhirna apatis iyyewe mancaji diksi paling cocok mewakili kekecawaan yang mancaji. Lerasai aga segala bentuk kritikan, iyya maneng bentuk perlawanan akan sia-sia, narekko wakil rakyat iro seharusna mewakili rakyat, mancaji mataru doccili sibawa buta nurani naseba keserakahan. Jadi narekko le hadapkan sibawa pemiliu, maka kanja na le pilih iro paling cedde keburukannna, na seba pada dasarna degga ga makanja pole okko alena maneng.