Difference between revisions of "Literature WUJUDKAN GENERASI PEDULI BAHASA MAKASSAR MELALUI KAMPUNG LONTARA"
From BASAsulselWiki
Syauqi aqram (talk | contribs) (Edited automatically from page Literature WUJUDKAN GENERASI PEDULI BAHASA MAKASSAR MELALUI KAMPUNG LONTARA.) |
Fir mansyah (talk | contribs) |
||
Line 8: | Line 8: | ||
|Page Title bug=- | |Page Title bug=- | ||
|Page Title=WUJUDKAN GENERASI PEDULI BAHASA MAKASSAR MELALUI KAMPUNG LONTARA | |Page Title=WUJUDKAN GENERASI PEDULI BAHASA MAKASSAR MELALUI KAMPUNG LONTARA | ||
− | |Photograph= | + | |Photograph=20221027T002035666Z747883.jpg |
|Description text id=Tanggal 12 Februari adalah waktu yang ditetapkan UNESCO sebagai hari bahasa Ibu Internasional. Penentuan tanggal tersebut bukan sekadar wacana semata, melainkan terdapat pesan tersirat kepada kita semua untuk lebih prihatin terhadap eksistensi bahasa Ibu di seluruh dunia yang lambat laun mengalami masa kepunahan. Dilansir dari laman Kemendikbud RI (22 Februari 2022), Mas Nadiem mengungkapkan bahwa sebanyak 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sebagian besar kondisinya sangat memprihatinkan. Meski Indonesia menempati urutan ke-2 sebagai pemilik bahasa daerah terbanyak di dunia (712 bahasa daerah) setelah Papua Nugini dengan 840 bahasa daerah (Ethnologue, 2021). Kepunahan bahasa ibu tersebut didukung dengan adanya tindakan apatis antar generasi yang tidak lagi diajarkan, digunakan dan diwariskan sebagai alat komunikasi antar anggota kelompok menyebabkan degradasi pemikiran, pengetahuan dan kekayaan budaya Indonesia. | |Description text id=Tanggal 12 Februari adalah waktu yang ditetapkan UNESCO sebagai hari bahasa Ibu Internasional. Penentuan tanggal tersebut bukan sekadar wacana semata, melainkan terdapat pesan tersirat kepada kita semua untuk lebih prihatin terhadap eksistensi bahasa Ibu di seluruh dunia yang lambat laun mengalami masa kepunahan. Dilansir dari laman Kemendikbud RI (22 Februari 2022), Mas Nadiem mengungkapkan bahwa sebanyak 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sebagian besar kondisinya sangat memprihatinkan. Meski Indonesia menempati urutan ke-2 sebagai pemilik bahasa daerah terbanyak di dunia (712 bahasa daerah) setelah Papua Nugini dengan 840 bahasa daerah (Ethnologue, 2021). Kepunahan bahasa ibu tersebut didukung dengan adanya tindakan apatis antar generasi yang tidak lagi diajarkan, digunakan dan diwariskan sebagai alat komunikasi antar anggota kelompok menyebabkan degradasi pemikiran, pengetahuan dan kekayaan budaya Indonesia. | ||
Di Sulawesi Selatan terdapat dua bahasa daerah mayoritas, yaitu bahasa Bugis dan bahasa Makassar yang keduanya diambil dari 2 nama suku tersebut. Namun, eksistensi bahasa Makassar kini mulai mengalami pergeseran akibat pesatnya perkembangan teknologi dan arus globalisasi. Ditambah lagi pengaruh bahasa asing yang menyebabkan kalangan muda lebih percaya diri jika berbicara menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerahnya. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya bentuk pemertahanan bahasa Makassar melalui “Kampung Lontara”. Konsep dirancang dengan memiliki tiga potensi utama, yaitu (1) mampu menjadi pusat pembelajaran bahasa Makassar terutama bagi anak-anak sebagai generasi penerus budaya dan bahasa; (2) sarana bagi para pemuda untuk memanfaatkan media sosial (Instagram, YouTube, atau TikTok) sebagai media pembelajaran bahasa Makassar melalui konten Reels berbahasa Makassar, dan (3) mampu menjadi pusat kerajinan aksara Lontara yang terbuat dari daun Lontar dan dijadikan kerajinan khas Sulawesi Selatan yang bisa menjadi komoditi ekspor dan mendatangkan devisa bagi negara. Sehingga, dengan terwujudnya Kampung Lontara sebagai desa produktif, desa percontohan, dan pusat pembelajaran bahasa Makassar, diharapkan angka buta aksara Lontara Makassar dapat teratasi. | Di Sulawesi Selatan terdapat dua bahasa daerah mayoritas, yaitu bahasa Bugis dan bahasa Makassar yang keduanya diambil dari 2 nama suku tersebut. Namun, eksistensi bahasa Makassar kini mulai mengalami pergeseran akibat pesatnya perkembangan teknologi dan arus globalisasi. Ditambah lagi pengaruh bahasa asing yang menyebabkan kalangan muda lebih percaya diri jika berbicara menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerahnya. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya bentuk pemertahanan bahasa Makassar melalui “Kampung Lontara”. Konsep dirancang dengan memiliki tiga potensi utama, yaitu (1) mampu menjadi pusat pembelajaran bahasa Makassar terutama bagi anak-anak sebagai generasi penerus budaya dan bahasa; (2) sarana bagi para pemuda untuk memanfaatkan media sosial (Instagram, YouTube, atau TikTok) sebagai media pembelajaran bahasa Makassar melalui konten Reels berbahasa Makassar, dan (3) mampu menjadi pusat kerajinan aksara Lontara yang terbuat dari daun Lontar dan dijadikan kerajinan khas Sulawesi Selatan yang bisa menjadi komoditi ekspor dan mendatangkan devisa bagi negara. Sehingga, dengan terwujudnya Kampung Lontara sebagai desa produktif, desa percontohan, dan pusat pembelajaran bahasa Makassar, diharapkan angka buta aksara Lontara Makassar dapat teratasi. |
Revision as of 00:21, 27 October 2022
- Photo source
- Author(s)
- Reference
- Competition
- Tongkat Estafet Antargenerasi
How can BASAsulel Wiki platform encourage you to participate in civic issues?
Description
-
In English
In Indonesian
In Makassar
[[Question all::MediaWiki:ActiveWikithonQuestion/ban| ]]
Enable comment auto-refresher
Fir mansyah
Permalink |