Tell us about your emotional holiday moments! Post your comments here or propose a question.

Pemuda pada panggung politik

20231110T134206426Z249041.jpg
0
Vote
Photo source
Author(s)
Category
College/University
Reference
Competition
PemudaPemilu1


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Elections: Apathy or what?

Description


In English

Youth have an important role in politics and state administration. However, in Indonesia, many people still consider young people as a group of people who are apathetic, apolitical, or simply a group of voters. In fact, even in the formal political space, data shows that of the total 575 members of the People's Representative Council (DPR) for the 2014-2019 period, only around 4% (or 24 people) are less than 30 years old. Without meaningful participation from young people, democracy will only become an arena for political elections. For democracy to be inclusive, young people must have an active and empowered role as stakeholders and problem solvers in their communities.

Many people in Indonesia have the perception that young age indicates that a person's experience or ability to enter the world of politics is immature. In fact, various studies show that young people have the capacity to lead and build movements. Many young people have proven they are capable of becoming educators, volunteers, and providing input on programs related to various issues such as disaster risk reduction, protecting children and women.

To realize meaningful youth participation, political parties and stakeholders need to pay attention to the diversity of young people and recognize young people as leaders and politicians. Youth must be more than just age; they must be active, innovative and critical. Even though political participation is important, youth must always ensure that the government is responsible in serving the people.

In Indonesian

Pemuda memiliki peran penting dalam politik dan ketatanegaraan. Namun, di Indonesia, banyak orang masih menganggap kaum muda sebagai sekumpulan orang yang apatis, apolitis, atau hanya sekadar sebagai suatu kelompok pemilih. Bahkan, di ruang politik formal pun, data menunjukkan bahwa dari total 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2014-2019, hanya sekitar 4% saja (atau 24 orang) yang berusia kurang dari 30 tahun. Tanpa partisipasi yang bermakna dari kaum muda, demokrasi hanya menjadi suatu ajang pemilihan politik semata. Supaya demokrasi bisa inklusif, kaum muda harus punya peran aktif dan berdaya sebagai pemangku kepentingan serta pemecah masalah di komunitas mereka.

Banyak orang di Indonesia memiliki persepsi bahwa usia muda menandakan belum matangnya pengalaman maupun kemampuan seseorang untuk terjun ke dunia politik. Padahal, berbagai studi menunjukkan bahwa kaum muda memiliki kapasitas dalam memimpin dan membangun gerakan. Banyak kaum muda telah membuktikan mereka mampu menjadi pendidik, relawan, hingga memberi masukan pada program terkait berbagai macam isu seperti pengurangan risiko bencana, perlindungan anak dan perempuan.

Untuk mewujudkan partisipasi kaum muda yang bermakna, partai politik dan pemangku kepentingan perlu memperhatikan keberagaman kaum muda dan memberikan pengakuan pada kaum muda sebagai pemimpin dan politikus. Pemuda harus lebih dari sekadar usia; mereka harus aktif, inovatif, dan kritis. Meskipun partisipasi politik penting, pemuda harus selalu memastikan pemerintah bertanggung jawab dalam melayani rakyat.

In Makassar