Mental Health: Teamwork by Government and Society is the Key!
This is a Response to the Kesehatan wikithon
Kesehatan mental adalah aspek yang tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan kesehatan fisik. Isu kesehatan mental menjadi topik perbincangan yang sedang ramai dibicarakan, mengingat kondisi kesehatan mental masyarakat Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Indonesia National Adolescent Jiwa Health Survey dalam survei terbarunya menyebutkan bahwa sepertiga dari remaja Indonesia memiliki gangguan kesehatan jiwa dan hanya 2,6% yang memiliki akses ke fasilitas dan layanan kesehatan jiwa.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya jumlah tenaga kesehatan jiwa profesional. Perlu kita sadari bersama bahwa dengan jumlah penduduk yang sangat besar, tenaga kesehatan mental di Indonesia bahkan kurang dari 15000 orang, yang terdiri atas psikolog sebanyak 3.349 orang, psikiater yang berjumlah 987 orang dan 7000 perawat jiwa. Artinya, seorang psikiater harus melayani 273.154 orang, seorang psikolog harus melayani 81.287 orang dan seorang perawat jiwa harus melayani 38.515 penduduk. Tidak sampai disitu, persebaran tenaga kesehatan jiwa profesional ini tidak merata dan sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa dan kota-kota besar di Indonesia.
Kondisi yang sangat parah ini didukung oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahu kapan waktu yang tepat dan kondisi seperti apa yang mengharuskan seseorang untuk mengakses layanan kesehatan mental. Bahkan, sebagian besar masyarakat Indonesia akan kebingungan jika ditanya tentang perbedaan antara “psikolog” dan “psikiater”. Bukan hanya itu, stigma buruk masih saja melekat pada masyarakat pengguna layanan kesehatan mental. Saking parahnya, keluarga dan orang terdekat seringkali menjadi orang yang paling pertama memberikan stigma tersebut. Padahal dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekat memiliki peran yang sangat besar dalam proses pemulihan psikologis pengguna layanan kesehatan mental.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Hal ini bukan tanpa alasan. Meskipun pemerintah menyediakan akses ke layanan kesehatan mental, efektivitas pelayanan akan menurun dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat. Sebaliknya, jika akses ke layanan kesehatan mental masih eksklusif dan terbatas, masyarakat yang sadar terhadap kesehatan mental akan cenderung mudah melakukan self diagnose atau bahkan menjadi sasaran pihak yang tidak bertanggung jawab dalam meraup keuntungan.Mental health is an aspect that cannot be separated from physical health. The issue of mental health has become a hot topic of conversation, considering that the mental health condition of the Indonesian people is currently not good. The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey in its latest survey states that one in three Indonesian adolescents has a mental health disorder and only 2.6% have access to mental health facilities and services.
This condition is also worsened by the lack of mental health professionals. We need to realise that with a very large population, there are less than 15,000 mental health workers in Indonesia, consisting of 3,349 psychologists, 987 psychiatrists and 7,000 mental nurses. This means that a psychiatrist must serve 273,154 people, a psychologist must serve 81,287 people and a psychiatric nurse must serve 38,515 people. Not only that, the distribution of these mental health professionals is uneven and mostly concentrated in Java and several major cities in Indonesia.
This terrible condition is supported by the lack of public awareness of mental health. Based on the author's personal experience, most Indonesians do not know when the time is right and what conditions require one to access mental health services. In fact, most Indonesians would be confused if asked about the difference between a ‘psychologist’ and a ‘psychiatrist’. Not only that, a bad stigma is still attached to people who use mental health services. To make matters worse, family and loved ones are often the first to stigmatise them. In the other hand, social support from family and loved ones plays a huge role in the psychological recovery process of mental health service users.
Therefore, it takes good cooperation between the government and the community to create a supportive environment for mental health. This is not without reason. Even if the government provides access to mental health services, the effectiveness of the services will decrease due to low public awareness. Conversely, if access to mental health services is still exclusive and limited, people who are aware of mental health will tend to self-diagnose or even be targeted by irresponsible parties to reap benefits.- Affiliation
- Psyverse Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar
- Age
- 16-21
Enable comment auto-refresher