The Reality of Makassar : Crisis of Public Transportation
This is a Response to the [[|]] wikithon
Data dari sulselprov.go.id, Kota Makassar bede' punya manusia paling banyak di Sulawesi Selatan, sampai 1 juta lebih! tapi, ternyata cuma ada 726 unit transportasi umum yang disediakan. Berarti cuma 0,61% yang bisa dicover sama transportasi umumta' yang bahkan ndak sampai 1%? Sessaji anak-anaka!
Kalau mau dihitung-hitung sudah adami 20 orang walikota Makassar sampai hari ini, tapi kenapa di' ndak ada yang sadar kalau transportasi umum itu dibutuhkan sama kita-kita di Kota Makassar? Kemarin adaji pete-pete tapi tenamo kodong napakamma jai dudu ojek online dimana-mana, itupun pete-pete sebenarnya kureng bangetmi sih. Makanya, kita kayak bangga sekali pas ada Teman Bus di Makassar kemarin, apalagi sudah adami jalur anak kuliah dibikin, padahal bukanji juga idenya Pemkot itu Teman Bus, tapi idenyaji pemerintah pusat :(
sampai sekarang tidak adapi walikota ta' yang betul-betul serius adakan ini barang di Makassar, sibukji bikin halte sana-sini pas awal menjabat tapi kali nol apa-apayya alias jadi artefak kotaji, buang-buang anggaran lagi! Menurutku, waktunya mi memang Calon Walikota ta' bisa jaminkan dirinya kalau bisa bikin transportasi umum kayak Jakarta yang betul-betul bisaki jalan sampenya lorong-lorong sekalipun.
Kalau memang mau bangga-banggakan diri sebagai Kota dunia, kita boleh siri' na pacce asal jangan sampai Transport Umumnya Pacce!Menurut data dari sulselprov.go.id, Kota Makassar merupakan daerah dengan populasi terbesar di Sulawesi Selatan, mencapai 1.474.393 jiwa atau sekitar 15,7% dari total penduduk provinsi. Di sisi lain, data transportasi umum dari jusman.co.id menunjukkan bahwa saat ini terdapat 639 unit pete-pete dan 87 armada Teman Bus yang masih beroperasi, menjadikan total armada transportasi umum di Kota Makassar sebanyak 726 unit pada tahun 2024.
Dengan asumsi kapasitas rata-rata pete-pete adalah 10 penumpang dan kapasitas rata-rata Teman Bus sekitar 30 penumpang, total kapasitas angkutan umum di Makassar mencapai 9.000 penumpang. Meskipun jumlah penduduk kota ini lebih dari 1,4 juta jiwa, hasil perhitungan menunjukkan bahwa hanya sekitar 0,61% dari penduduk yang tercover oleh transportasi umum. Angka ini mencerminkan kenyataan bahwa Kota Makassar, yang mengklaim sebagai "Kota Dunia," bahkan tidak mampu memenuhi 1% dari kebutuhan transportasi warganya.
Ironisnya, meskipun telah ada 20 orang yang menjabat sebagai walikota Makassar, tidak ada satupun yang secara konsisten menjadikan pembangunan transportasi umum sebagai prioritas utama. Keberadaan Teman Bus, yang digunakan secara masif beberapa tahun terakhir, merupakan inisiatif dari pemerintah pusat, bukan hasil kebijakan pemerintah kota. Situasi ini menegaskan pentingnya perhatian serius terhadap pengembangan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan kualitas hidup warga Makassar, terutama mengingat tidak semua warga mampu memiliki kendaraan pribadi untuk mobilitas sehari-hari.
Berikut penjelasan yang diminta dengan menambahkan informasi tentang walikota terakhir:
According to data from sulselprov.go.id, Makassar is the region with the largest population in South Sulawesi, reaching 1,474,393 people or approximately 15.7% of the total population of the province. On the other hand, data on public transportation from jusman.co.id shows that there are currently 639 operational pete-pete (minibuses) and 87 units of Teman Bus (public buses), making the total number of public transportation units in Makassar 726 in 2024.
Assuming the average capacity of a pete-pete is 10 passengers and the average capacity of a Teman Bus is about 30 passengers, the total capacity of public transportation in Makassar reaches 9,000 passengers. Despite the city’s population exceeding 1.4 million, calculations show that only about 0.61% of the population is covered by public transportation. This figure reflects the reality that Makassar, which claims to be a "World City," is unable to meet even 1% of its citizens' transportation needs.
Ironically, despite having had 20 individuals serve as mayors of Makassar, none have consistently prioritized the development of public transportation. The existence of Teman Bus, which has been widely used in recent years, is an initiative from the central government rather than a result of city policy. This situation underscores the urgent need for serious attention to the development of transportation infrastructure to improve the quality of life for Makassar's residents, especially considering that not all citizens can afford private vehicles for their daily mobility.
Competent candidates for public office should recognize this issue and undertake the revitalization of transportation infrastructure. While the results may not be immediately visible or evenly distributed, such efforts are essential, as demonstrated by DKI Jakarta, which was able to make significant improvements in just five years, reaching even the smallest alleys.- Affiliation
- -
- Age
- 22-30
Enable comment auto-refresher