Improve the quality of education in Indonesia.
This is a Response to the Pemuda Bersuara Berdaya wikithon
Fahrezy, Vendredi, 18 Octobre 2024
Seperti yang kita Taumi, Maumi tiba saatnya untuk kita menentukan pemimpin daerah untuk 5 tahun kedepan. Dan sebagai mahasiswa (sering dibilangi sebagai agent of change), punya beberapa harapan untuk para calon pemimpin. Melihat mirisnya Pendidikan sekolah di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan situasinya. Kenapa ku bilang “mengkhawatirkan”?. Karena masih ada siswa/siswi yang ndak bisapi membaca dan/atau menulis. Hal ini patut dipertanyakan kebenarannya. Mendengar cerita dari beberapa temanku sesama mahasiswa yang turun ke sekolah-sekolah untuk mengikuti program kampus Merdeka. Dimana mahasiwa diarahkan ke sekolah-sekolah dari Taman kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Teman saya berkata “Ditempatkan ka di sekolah menengah pertama yang dijalan tamalate. Sampe ku disana, ada ku dapat anak-anak tidak bisa membaca. Maksudku saya tohh, kalau memang tidak memungkinkan ki untuk naik kelas yang pasnya SD karena belumpi bisa membaca, jangan dikasih naik kelas”. Maka dari itu, kami berharap agar pemimpin yang akan datang untuk lebih memerhatikan kualitas pendidikan kita. Menurut kami, ini adalah hal yang sangat penting karena melibatkan masa depan bangsa dan ditangan merekalah nasib masa depan bangsa. Lalu, dimanakah letak permasalahan dibalik semua ini?. Melalui proses diskusi yang cukup lama, kami berhasil untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu faktor yang cukup menarik untuk dibahas adalah parenting. “Parenting adalah proses mengasuh anak, yang biasanya dilakukan oleh orang tua/wali mereka”, Khairally (2023). Kami beranggapan, bahwa kurangnya pendidikan sejak dirumah merupakan faktor mengapa anak-anak tidak bisa membaca dan/atau menulis karena kurangnya ajaran dari orang tua mereka sejak dini. Tapi untuk mengatasi masalah ini sangatlah sulit. Karena aktivitas orang tua sehari-hari bukan hanya sekedar mengasuh anak, melainkan mereka juga harus mengurus diri mereka dan juga berkerja untuk membiayai anak mereka. Kim (2021) juga mengatakan “Tekanan sehari-hari seperti menyiapkan anak untuk sekolah, bekerja dari rumah, atau melakukan tugas tambahan, dapat membuat peran sebagai orang tua menjadi lebih sulit”. Maka dari itu, kami beralih ke faktor lainnya, yaitu guru. Seperti yang kita ketahui, guru adalah pekerjaan yang mengajarkan ilmu kepada anak-anak di sekolah mereka. Mereka juga yang mengajarkan cara untuk membaca dan menulis kepada anak-anak di sekolah Taman kanak-kanak(TK). Dan mulai menghitung pada saat awal memasuki Sekolah Dasar, Caesaria (2023). Namun, profesi guru di Indonesia sering kali dianggap sepeleh. Gaji mereka pun sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan profesi yang lain. Menurut Oktyandito (2024), “Guru yang memiliki Golongan I biasanya adalah guru baru lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) atau sarjana pendidikan. Mengutip Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2024 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, gaji guru PNS Golongan I adalah Rp1.685.700 hingga Rp2.901.400 per bulan”. Melihat angka yang sedikit itu tentunya membuat saya secara pribadi tidak ingin menjadi guru di Indonesia dan lebih memilih profesi yang lain. Guru bisa saja mengambil pekerjaan sampingan untuk menutupi kebutuhan mereka. Jadi tidak heran, kalau misalnya guru disekolah tidak fokus saat mengajar dan menilai siswanya. Sehingga yang tidak berkompeten tetap diberi izin untuk melanjutkan pembelajarannya ditingkat selanjutnya (Naik kelas), meskipun siswa itu belum bisa baca dan/atau menulis. Namun, bagaimana jika tidak ada lagi mahasiswa yang ingin menjadi guru karena gaji yang sedikit?, masa depan bangsa ini akan menjadi seperti apa tanpa mereka para guru?. Maka dari itu, kami berharap agar gaji guru dinaikan sampai menyentuh kata “layak” sebagai tenaga pengajar di Indonesia. Dengan naiknya gaji guru, mahasiswa tertarik unutk menjadikan profesi guru sebagai opsi mereka saat memilih jurusan di universitas. Meskipun dapat melukai devisa negara, tapi setidaknya kita juga bisa menaikan standar kualitas guru di Indonesia dengan cara menaikan standar kualitas Pendidikan Profesi Guru(PPG). Jadi, tes yang akan diberikan kepada mereka para calon guru akan semakin sulit dan ketat. Hal ini dilakukan untuk menaikan kualitas cara mengajar para calon guru, dan menganggap profesi guru dengan serius.
Jadi, Solusi yang bisa saya tawarkan adalah menaikan standar kualitas guru dengan cara menjadikan profesi guru sebagai profesi yang patut dipertimbangkan saat memilih jurusan di univesitas, dan juga memperketat penyaringan para calon guru pada saat Pendidikan Prosesi Guru(PPG) agar dapat menghasilkan guru yang lebih berkualitas untuk bangsa ini.
References Khairally, E. T. (2023, juli 30). Parenting adalah Keahlian Mengasuh Anak, Berikut Jenis dan yang jadi Perhatian. Retrieved from detikedu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6849245/parenting-adalah-keahlian-mengasuh-anak-berikut-jenis-dan-yang-jadi-perhatian Kim, Y. B. (2021). Yes, Parenting is Difficult! Retrieved from University Nevada, Reno Extension: https://extension.unr.edu/publication.aspx?PubID=4633
Oktyandito, Y. W. (2024, Agustus 21). Gaji Guru PNS Terbaru 2024 Golongan I-IV dan Tunjangannya. Retrieved from IDN Times: https://www.idntimes.com/business/economy/yogama-wisnu-oktyandito/gaji-guru-pns-terbaru-2024-golongan-i-iv-dan-tunjangannyaFahrezy, Vendredi, 18 Octobre 2024
Seperti yang kita ketahui, sudah hampir tiba saatnya untuk kita menentukan pemimpin daerah untuk 5 tahun kedepan. Dan sebagai mahasiswa (sering menerima sapaan sebagai agent of change), juga mempunyai beberapa harapan untuk para calon pemimpin. Melihat mirisnya Pendidikan sekolah di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan situasinya. Mengapa saya mengatakan “mengkhawatirkan”?. Karena masih ada siswa/siswi yang masih belum bisa membaca dan/atau menulis di sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini patut dipertanyakan kebenarannya. Mendengar cerita dari beberapa teman sesama mahasiswa yang turun ke sekolah-sekolah untuk mengikuti program kampus Merdeka. Dimana mahasiwa diarahkan ke sekolah-sekolah dari Taman kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Teman saya berkata “Ditempatkan ka di sekolah menengah pertama yang dijalan tamalate. Sampe ku disana, ada ku dapat anak-anak tidak bisa membaca. Maksudku saya tohh, kalau memang tidak memungkinkan ki untuk naik kelas yang pasnya SD karena belumpi bisa membaca, jangan dikasih naik kelas”. Maka dari itu, kami berharap agar pemimpin yang akan datang untuk lebih memerhatikan kualitas pendidikan kita. Menurut kami, ini adalah hal yang sangat penting karena melibatkan masa depan bangsa dan ditangan merekalah nasib masa depan bangsa. Lalu, dimanakah letak permasalahan dibalik semua ini?. Melalui proses diskusi yang cukup lama, kami berhasil untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu faktor yang cukup menarik untuk dibahas adalah parenting. “Parenting adalah proses mengasuh anak, yang biasanya dilakukan oleh orang tua/wali mereka”, Khairally (2023). Kami beranggapan, bahwa kurangnya pendidikan sejak dirumah merupakan faktor mengapa anak-anak tidak bisa membaca dan/atau menulis karena kurangnya ajaran dari orang tua mereka sejak dini. Tapi untuk mengatasi masalah ini sangatlah sulit. Karena aktivitas orang tua sehari-hari bukan hanya sekedar mengasuh anak, melainkan mereka juga harus mengurus diri mereka dan juga berkerja untuk membiayai anak mereka. Kim (2021) juga mengatakan “Tekanan sehari-hari seperti menyiapkan anak untuk sekolah, bekerja dari rumah, atau melakukan tugas tambahan, dapat membuat peran sebagai orang tua menjadi lebih sulit”. Maka dari itu, kami beralih ke faktor lainnya, yaitu guru. Seperti yang kita ketahui, guru adalah pekerjaan yang mengajarkan ilmu kepada anak-anak di sekolah mereka. Mereka juga yang mengajarkan cara untuk membaca dan menulis kepada anak-anak di sekolah Taman kanak-kanak(TK). Dan mulai menghitung pada saat awal memasuki Sekolah Dasar (SD), Caesaria (2023). Namun, profesi guru di Indonesia sering kali dianggap sepeleh. Gaji mereka pun sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan profesi yang lain. Menurut Oktyandito (2024), “Guru yang memiliki Golongan I biasanya adalah guru baru lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) atau sarjana pendidikan. Mengutip Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2024 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, gaji guru PNS Golongan I adalah Rp1.685.700 hingga Rp2.901.400 per bulan”. Melihat angka yang sedikit itu tentunya membuat saya secara pribadi tidak ingin menjadi guru di Indonesia dan lebih memilih profesi yang lain. Guru bisa saja mengambil pekerjaan sampingan untuk menutupi kebutuhan mereka. Jadi tidak heran, kalau misalnya guru disekolah tidak fokus saat mengajar dan menilai siswanya. Sehingga yang tidak berkompeten tetap diberi izin untuk melanjutkan pembelajarannya ditingkat selanjutnya (Naik kelas), meskipun siswa itu belum bisa baca dan/atau menulis. Namun, bagaimana jika tidak ada lagi mahasiswa yang ingin menjadi guru karena gaji yang sedikit?, masa depan bangsa ini akan menjadi seperti apa tanpa mereka para guru?. Maka dari itu, kami berharap agar gaji guru dinaikan sampai menyentuh kata “layak” sebagai tenaga pengajar di Indonesia. Dengan naiknya gaji guru, mahasiswa tertarik unutk menjadikan profesi guru sebagai opsi mereka saat memilih jurusan di universitas. Meskipun dapat melukai devisa negara, tapi setidaknya kita juga bisa menaikan standar kualitas guru di Indonesia dengan cara menaikan standar kualitas Pendidikan Profesi Guru(PPG). Jadi, tes yang akan diberikan kepada mereka para calon guru akan semakin sulit dan ketat. Hal ini dilakukan untuk menaikan kualitas cara mengajar para calon guru, dan menganggap profesi guru dengan serius.
Jadi, Solusi yang bisa saya tawarkan adalah menaikan standar kualitas guru dengan cara menjadikan profesi guru sebagai profesi yang patut dipertimbangkan saat memilih jurusan di univesitas, dan juga memperketat penyaringan para calon guru pada saat Pendidikan Prosesi Guru(PPG) agar dapat menghasilkan guru yang lebih berkualitas untuk bangsa ini.
References Khairally, E. T. (2023, juli 30). Parenting adalah Keahlian Mengasuh Anak, Berikut Jenis dan yang jadi Perhatian. Retrieved from detikedu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6849245/parenting-adalah-keahlian-mengasuh-anak-berikut-jenis-dan-yang-jadi-perhatian Kim, Y. B. (2021). Yes, Parenting is Difficult! Retrieved from University Nevada, Reno Extension: https://extension.unr.edu/publication.aspx?PubID=4633
Oktyandito, Y. W. (2024, Agustus 21). Gaji Guru PNS Terbaru 2024 Golongan I-IV dan Tunjangannya. Retrieved from IDN Times: https://www.idntimes.com/business/economy/yogama-wisnu-oktyandito/gaji-guru-pns-terbaru-2024-golongan-i-iv-dan-tunjangannyaFahrezy, Vendredi, 18 Octobre 2024
As we know, it is almost time for us to determine regional leaders for the next 5 years. And as students (often called agents of change), we also have some hopes for prospective leaders. Seeing the sad state of school education in Indonesia which is very worrying. Why do I say "worrying"? Because there are still students who still cannot read and/or write. The truth of this is questionable. Hearing stories from several fellow students who went to schools to take part in the Merdeka Campus program. Where students are directed to schools from Kindergarten (TK) to High School (SMA). My friend said “Ditempatkan ka di sekolah menengah pertama yang dijalan tamalate. Sampe ku disana, ada ku dapat anak-anak tidak bisa membaca. Maksudku saya tohh, kalau memang tidak memungkinkan ki untuk naik kelas yang pasnya SD karena belumpi bisa membaca, jangan dikasih naik kelas”. Therefore, we hope that future leaders will pay more attention to the quality of our education. In our opinion, this is very important because it involves the future of the nation and the fate of the nation's future is in their hands. So, where is the problem behind all this? Through a fairly long discussion process, we managed to try to answer this question. One factor that is quite interesting to discuss is parenting. "Parenting is the process of raising children, which is usually done by their parents/guardians", Khairally (2023). We assume that the lack of education at home is a factor in why children cannot read and/or write due to the lack of teachings from their parents from an early age. But to overcome this problem is very difficult. Because the daily activities of parents are not only caring for children, but they also have to take care of themselves and also work to support their children. Kim (2021) also said "Daily pressures such as preparing children for school, working from home, or doing additional tasks, can make the role of a parent more difficult". Therefore, we turn to another factor, namely teachers. As we know, teachers are jobs that teach knowledge to children in their schools. They are also the ones who teach children how to read and write in kindergarten. And start counting when they first enter elementary school, Caesaria (2023). However, the teaching profession in Indonesia is often considered trivial. Their salaries are also very small when compared to other professions. According to Oktyandito (2024), "Teachers who have Group I are usually new teachers who have graduated from the Teacher Professional Education (PPG) or are bachelors of education. Quoting Government Regulation Number 5 of 2024 concerning Civil Servant Salary Regulations, the salary of a Group I PNS teacher is IDR 1,685,700 to IDR 2,901,400 per month". Seeing that small number certainly makes me personally not want to be a teacher in Indonesia and prefer another profession. Teachers oftentimes take side jobs to cover their needs. So no wonder, if teachers at school are not focused when teaching and assessing their students. So those who are not competent are still given permission to continue their learning at the next level (Moving up a class), even though the student cannot read and/or write. However, what if there are no more students who want to become teachers because of the low salary?. What will the future of this nation be like without them? (the teachers). Therefore, we hope that teacher salaries will be increased to the point of being "adequate" as teaching staff in Indonesia. With the increase in teacher salaries, students will be interested in making the teaching profession their option when choosing a major at university. Although it can hurt the country's asset, but at least we can also raise the standard of teacher quality in Indonesia by raising the standard of quality of Teacher Professional Education (PPG). So the tests that will be given to prospective teachers will be more difficult and strict. This is done to improve the quality of teaching methods for prospective teachers, and to take the teaching profession seriously.
So, the solution that I can offer is to raise the standard of teacher quality by making the teaching profession a profession that is worth considering when choosing a major at university, and also tightening the screening of prospective teachers during the Teacher Procession Education (PPG) in order to produce more qualified teachers for this nation.- Affiliation
- Universitas Bosowa Makassar
- Age
- 16-21
Enable comment auto-refresher