Erroneous Policies Lead to Public Suffering!

From BASAsulselWiki
Revision as of 08:27, 20 October 2024 by Salwha M. Andilolo (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

This is a Response to the Pemuda Bersuara Berdaya wikithon

20241019T165813193Z910867.png

Kalo kata gue nowdays toh nda jaman mi calon kepala daerah carutunya ji bawa janji – janji template yang basi banget mi, seperti “kita akan memberantas kemiskinan” atau “sembako murah 2024”. Yes, kemiskinan memang harus diberantas, tapi kalo sekedar dimulut ji waktu kampanye kayaknya G dulu deh. Kita (masyarakat) butuh kepala daerah yang paham betul apa kebutuhan ta sebagai masyarakat, jadi ada beberapa isu yang sebagai calon kepala daerah lebih paham dan mau untuk menyelesaikanya. Namun, sebelum itu calon kepala daerah harus paham dulu posisinya sebagai ujung tombak pembangunan, kalo bahasanya harus ki dulu paham bilang kita’ mi sebagai disini. Jangan tong kita mi calon kepala daerah kita mi juga yang tidak paham bahwa ada kepentingan masyarakat yang harus diprioritaskan dari pada kepentingan kelompok atau orang – orang ta yang bikin panemos.

Kembali ke ujung tombak pembangunan, nah inimi yang kita maksud dari isu yang harus diprioritaskan oleh kepala daerah. Maksudku, bukan pembangunan yang bersifat material saja yang harus diprioritaskan tapi pembangunan yang non material atau yang bersifat mentalitas. Sebelum, bisa di breakdown satu – satu apa saja pembangunan yang dimaksud harus ki dulu paham dasar dari pembangunan itu sendiri. Karna memang, pembangunan itu sangat kompleks dan bercabang. Kalo na bilang Simamora dalam tulisanya dia bilang pembangunan itu artinya perubahan yang dimana masyarakat itu punyaki kontrol yang besar terhadap lingkungannya, yang memungkinan masyarakat itu bisa merasakan relasi antara nilai kemanusian dengan lingkunganya sendiri. Intinya, kalo terjadi pembangunan artinya masyarakat merasa lebih baiklah itu ji.

Nah untuk calon kepala daerah dari pada umbar janji template mending ini mi saja kodong mimpinya masyarakat ta yang diprioritaskan, dimana ada hari ketika masyarakat ta bangun dari tidurnya dan merasakan perubahan dilingkunganya. Mungkin nda perlu ji tawwa yang bagaimana sekali, cukup air yang dipake masak dan minum itu layak dan bersih, ibu – ibuka kalo mau kasih sekolah anaknya nda harus mi pusing sama biaya, nda ada mi juga ibu – ibu yang marah – marah tiap hari karna anaknya pengacara (pengangguran banyak acara), orang – orang tawwa bisa tinggal dihunian yang layak, kalo mau ke kampus atau tempat kerja pilihan naik transportasi publik adalah pilihan yang tepat, atau nda adami anak – anak yg cipuruts pinggir jalan atau anak stanting karna akses ke makanan bergizi itu susah ki mereka didapat. Sebenarnya masih banyak lagi cita – cita masyarakat yang bisa kita pelajari langsung lewat 17 poin SDGs (Sustainable Development Goals). Tapi itu mi lagi kodong, jarang sekali ini calon kepala daerah yang paham SDGs, jangakan paham, menger saja mungkin ndak.

Keliatanya kayak sederhana ji kodong, tapi sampai sekarang hal sederhana itu hanya dirasakan oleh kelompok masyarakat yang punya privallage, terus bagaimana tawwa masyarakat yang tidak punya privallage, tetap ji menjalani hidup tapi begitu mi. Akan selalu ada keinginan terdalam akan kehidupan yang lebih baik, perubahan, dan dijauhkan dari kesenjangan sosial dalam hidupnya. Bahkan yang lebih parahnya kelompok masyarakat yang termarjinalisasi ini untuk bermimpi mempunyai kehidupan yang layak saja itu mereka tidak berani. Saking nda sekali mi kodong harapan, jadi tabe sekali ini calon kepala daerah, hadirkan ki tawwa lagi itu harapan untuk mereka.

Minta tolong sekali kepada calon kepala daerah sang pemimpin dan ujung tombak pembangunan untuk menjadikan 17point SDGs sebagai kompas, arah tujuan, dan pedoman ta untuk diprioritaskan. Ka itu ji kodong yang sekiranya dapat dijadikan kendaraan menuju kelayakan hidup terlebih bagi kami masyarakat kelas bawah. Karna menjadikan point SDGs sebagai acuan itu latto’ sekali ki bapak dan ibu sekalian karna indikator yang ada didalamnya sangat menyentuh inti permasalahan sosial ta, bukan permukaan masalahnya ji yang diselesaikan seperti yang biasa bapak\ibu lakukan. Jadi, sudah – sudahi mi itu salpic bela ka bikin rugi ji kodong, mungkin kita tidak ji, tapi ananaka tawwa. Terakhir, semoga terdapat pelanginya setelah hujan yang dimana pelangi itu hadir dari terpilihnya calon kepala daerah yang pro rakyat, yang ingin memahami rakyatnya dan akhirnya kami memiliki harapan dan melanjutkan mimpi yang kemarin tidak berani kami mimpikan.

--kalo nakke punya ka juga mimpi terlebih untuk Kota Makassar tempatku melabuhkan asah, Taman kota tolong diperbanyak supaya nda boncos ka lagi beli kopi – kopi overprice di café skena penuh krikil itu, tolong juga perpus biar ada ditempati landing ala – ala (maksudku studydate), stadion bola we lama sekali mi omdo terus. Ka bukan cuman penikmat bola yang mau pake itu stadion kita juga ini anak konser mau nonton konser yang bisa duduk ditribun jangan na lapangan parkirnya terus phipo mahal sekali parkirnya. EH INI LAGI TUKANG PARKIR ai nda bisa ma saya berkata – kata kalo ini, kita mami sendiri rasa – rasa ki.

Affiliation
Universitas Bosowa
Age
16-21

What do you think about this response?

0
Vote

Comments below!


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.