Don't let the earth cry because of our trash

From BASAsulselWiki
Revision as of 12:53, 12 November 2024 by Basasulsel admin (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)

This is a Response to the Pemuda Bersuara Berdaya wikithon

Masalah sampah di negara berkembang kayak Indonesia, adalah persoalan yang hampir ndak pernah selesaiki, ini toh terjadi karna ndak di tangani dengan benarki dari semua pihak, biar itu pemerintah ataupun masyarakat. Ini sampah cuma na kumpulkan jadi satu ji terus akhirnya cuma na tumpuk-tumpuk ji di pembuangan akhir, padahal ini sampah yang menggunung toh kasih ki dampak buruk bagi kesehatan ta manusia, lingkungan, sama satwa liar yang tinggal ki di sekitar TPA terus terpapar sama bahan berbahaya yang ada di sampah itu sendiri. Terus ada lagi ki sampah yang ndak dikelolah dengan baik na rusak ki juga ekosistem yang dan mengancamki keberagaman hayati dengan cara na cemari habitat alami. Kayak sampah plastik, sampah plastik ini dia tongji yang paling banyak na sumbang pencemaran laut, karna dia toh terbuat dari bahan yang susah teruraii jadi karna susai terurai na buang maki dilaut yang ujung-ujungnya toh narusak maki ekosistem maritim. Di tahun 2022 saja laut Indonesia na cemari 389 ribu ton sampah plastik, terus tahun 2017 limbah plastik di laut namakan ki hewan terus burung laut juga 1 juta ekor terbunuh sama mamalia laut 100 ribu.

Indonesia toh negara paling besar keempat di dunia yang luas wilayahnya itu1.811.570 Km persegi terus menurut survei worlometers juga jumlah penduduknya 273.523.615 jiwa, jadi kalo monahitung sama ji kayak setiap 1 Km persegi itu na isiki dengan 151 orang. Ini juga toh sama ji juga dengan sampah yang na hasilkan. Dari data wete4change di tahun 2021 itu Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 175.000 ton ki per harinya, tapi toh dari banyaknya ini sampah cuman 7,5% ki yang mampu na daur ulang terus na jadikan kompos ki, sisanya 10% sampah na timbunji, baru 5% na bakar, sampai sisanya dari ini terakumulasimi di TPA. Baru ini timbunan sampah yang banyak sekali ini sampai menggunungmi mencemarika limngkungan sama na tambahki produksi gas metanah dari sampah. Kayak contohnya di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat tahun 2005 lalu, gara-gara TPA ini kampung Cilimus sama Mojong kena longsor ki ndak terus ndak Cuma longsor ki terjadi juga ledakan gas metanah yang gara-gara ledakan ini 157 orang meninggan, dimana umumnya mereka adalah warga sekitar yang profesinya sebagai pemulung. Ini contoh kasus toh sekali lagi na kasih tunjukki bahwa ini sampah merupakan masalah seriuski yang haru segena ditangani dan diselesaikan dengan cara diperhatikan ki tatakelolahnya bagaimana seharusnya yang harus dilakukan.Ini proses pengelolaan sampah bukan cuma tentang reduce ,reuse, sama recylceki, tapi juga ada berbagai aspek ki yang harus ta perhatikan, kayak soal aspek hukum, aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek sosial budaya, sama aspek teknologi dimana ini semua toh harus ki nakerjakan secara berriringan.

Permasalahan mengenai sampah merupakan masalah nasional, sehingga dalam pengelolaannya haruski memerlukan kerjasama antara pemerintah, produsen produk, atau dunia usaha sampai masyarakat umum. Dimana kerjasama ini diharapkan bisaki menyelesaikan masalah sampah yang ndak pernah selesai ini. Lima aspek pengelolaan sampah yang belum efektif di Indonesia haruski segera dipercepat biar peristiwa di TPA Leuwigajah ndak terulangi i kembali, terus harapannya Indonesia bisaki dapat kuwalitas pengelolaan sampah yang baikki walaupun toh halini ndak akan mudahki terwujud dengan waktu yang singkat, dimana naperlukanki konsistensi sama kesadaran bersama bahwa pengelolaan sampah harus jadi prioritas karena kebersihan adalah investasi untuk keberlanjutan kehidupan di masa depan

Masalah sampah negara berkembang seperti di Indonesia adalah persoalan yang hampir tidak pernah selesai, hal ini toh terjadi kerena tidak na ditangani dengan benar oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dimana sampah hanya dikumpulkan menjadi satu kemudian berakhir pada tempat pembuangan akhir, akan tetapi sampah yang menggunung di lokasi tempat pembuangan akhir memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia, kelestarian lingkungan, serta kehidupan satwa liar yang terjebak atau terpapar bahan berbahaya dari tumpukan sampah itu sendiri. Selain itu, sampah yang tidak dikelolah dengan baik akan merusak ekosistem dan mengancam keberagaman hayati dengan mencemari habitat alami. Sampah plastik, misalnya, menyumbang sebagian besar pencemaran laut, karena bahan ini sulit terurai dan sering kali berakhir di lautan, yang pada akhirnya akan mengancam kehidupan laut dan merusak ekosistem maritim. Pada tahun 2022 laut Indonesia tercemar 389 ribu ton sampah plastik dan pada tahun 2017 limbahh plastik dilautan dimakan hewan dan telah membunuh 1 juta burung laut serta 100 ribu mamalia laut.

Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dengan luas wilayah 1.811.570 Km persegi dan menurut survei worldometers jumlah penduduknya mencapai 273.523.615 jiwa sehingga jika dihitung setiap 1 Km persegi diisi oleh 151 penduduk. Hal ini juga sejalan dengan sampah yang dihasilakan. Dari data weste4change pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 175.000 Ton setiap harinya, akan tetapi dari banyaknya sampah ini hanya 7,5% saja yang mampu di daur ulang dan dijadikan kompos sedangkan sisanya sebanyak 10% sampah di timbun, 5% sampah di bakar, dan sisanya terakumulasi di TPA. Timbunan sampah yang menggunung ini selain menimbulkan pencemaran lingkungan menambah produksi gas metanah dari sampah. Sebagai contoh kasus ledakan gas metanah di gunungan sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada tahun 2005 silam yang telah memicu terjadi longsor di kampung Cilimus dan Mojong. Dimana ledakan gas metanah itu juga mengakibatkan 157 orang meninggal yang pada umumnya mereka adalah warga sekitar yang berprofesi sebagai pemulung. Contoh kasus ini sekali lagi menunjukan betapa seriusnya permasalahan sampah yang harus segera ditangani dan diselesaikan dengan cara memperhatikan bagaimana seharusnya tatakelolah sampah semestinya harus dilakukan. Proses pengelolan sampah tidak hanya tentang reduce, reuse, dan recycle, tetapi ada berbagai aspek yang jauh lebih penting yang harus di perhatikan, seperti soal aspek hukum, aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek sosial budaya, dan aspek teknologi dimana semuanya harus dikerjakn secara beriringan.

Permasalahan mengenai sampah adalah masalah nasional, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan secara komperhensif. Pemecahan masalah mengenai pengelolaan sampah memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, produsen produk atau dunia usaha sampai pada masyarakat umum. Lima aspek pengelolaan sampah yang belum efektif di Indonesia harus segera dipercepat perlaksanaannya agar peristiwa di TPA Leuwigajah tidak terulang kembali, harapannya Indonesia bisa memiliki khualitas pengelolaan sampah yang baik walaupun hal ini tidak akan terwujud dalam waktu yang singkat, dimana perlu konsistensi dan kesadaran bersama bahwa pengelolaan sampah harus menjadi prioritas karena kebersihan adalah investasi bagi keberlanjutan kehidupan dimasa depan.

The waste problem in developing countries like Indonesia is a problem that is almost never resolved, this happens because it is not handled properly by all parties, both the government and society. Where the waste is only collected together and then ends up at the final disposal site, however, the rubbish that piles up at the final disposal site has a negative impact on human health, environmental sustainability, as well as wildlife that is trapped or exposed to dangerous materials from the pile of rubbish itself. Apart from that, waste that is not managed properly will damage ecosystems and threaten biodiversity by polluting natural habitats. Plastic waste, for example, accounts for the majority of marine pollution, because this material is difficult to decompose and often ends up in the ocean, ultimately threatening marine life and damaging maritime ecosystems. In 2022, Indonesia's seas will be polluted by 389 thousand tons of plastic waste and in 2017 plastic waste in the ocean will be eaten by animals and will kill 1 million seabirds and 100 thousand marine mammals.

Indonesia is the fourth largest country in the world with an area of ​​1,811,570 square kilometers and according to the Worldometers survey, the population reaches 273,523,615 people, so that if you calculate every 1 square kilometer, there are 151 residents. This is also in line with the waste produced. From weste4change data in 2021, Indonesia produces 175,000 tons of waste every day, however, of this amount of waste, only 7.5% can be recycled and made into compost, while the remaining 10% of waste is landfilled, 5% of waste is burned. and the rest accumulates in landfill. Apart from causing environmental pollution, the mounting piles of rubbish also increase the production of methane gas from the rubbish. For example, the case of a methane gas explosion in a mountain of rubbish at the Leuwigajah TPA, Cimahi, West Java in 2005 which triggered landslides in the villages of Cilimus and Mojong. The methane gas explosion also resulted in the deaths of 157 people, most of whom were local residents who worked as scavengers. This case example once again shows how serious the waste problem is, which must be immediately addressed and resolved by paying attention to how waste management should be carried out. The waste management process is not only about reduce, reuse and recycle, but there are various much more important aspects that must be paid attention to, such as legal aspects, institutional aspects, funding aspects, socio-cultural aspects and technological aspects, all of which must be worked on simultaneously. .

The problem of waste is a national problem, so its management must be carried out comprehensively. Solving problems regarding waste management requires cooperation from various parties, from the government, product manufacturers or the business world to the general public. Five aspects of waste management that have not been effective in Indonesia must be immediately accelerated so that the incident at the Leuwigajah TPA does not happen again. It is hoped that Indonesia can have good quality waste management, although this will not be realized in a short time, where consistency and mutual awareness are needed that management Waste must be a priority because cleanliness is an investment for the sustainability of life in the future.

Affiliation
Universitas Bosowa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Age
16-21

What do you think about this response?

0
Vote

Comments below!


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.