SIKATUTUI (AKSI BAIK KITA HARI INI UNTUK TUAI GENERASI BERKUALITAS)

From BASAsulselWiki
20230729T173423439Z901259.png
0
Vote
Title
SIKATUTUI (AKSI BAIK KITA HARI INI UNTUK TUAI GENERASI BERKUALITAS)
Affiliation
Author(s)
    Category
    -
    Photo Credit/Source
    Irna Kurniaty
    Location
    Tompobulu, Maros, Sulawesi Selatan
    The place does not exists yet in wiki, click to create it


    Anonymous user #1

    17 months ago
    Score 0 You
    Mantap

    Delimirandah Ali

    17 months ago
    Score 0++
    What a good essay 😍

    Anonymous user #1

    17 months ago
    Score 0 You
    Semangat Irna 😍

    Rifka Almunawarah

    17 months ago
    Score 0++
    Semangat irna 😍

    Anonymous user #1

    17 months ago
    Score 0 You
    Luar biasaaaa kerennnnnn 👏🏻👏🏻

    Anonymous user #1

    17 months ago
    Score 0 You
    Hebat

    Anonymous user #1

    17 months ago
    Score 0 You
    Nice title

    Anonymous user #1

    16 months ago
    Score 0 You
    Semangat ❤️
    Add your comment
    BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    The number of young people smoking increases each year. What can be done about it?


    In English

    According to the World Health Organization (WHO), more than 90% of adult smokers first try smoking before age 18, and about 25% of them try for the first time before age 10. The number of smokers at children's age is increasing globally including in Indonesia. According to Global Youth Tobacco Survey (GYTS) conducted by the ministry of health of the republic of Indonesia in 2019, it is estimated that 8.9% of secondary school (junior high) and 29.3% of Indonesia's high school (high school) students have tried smoking.

    Some studies also argue that such factors as peers, environmental influences, cigarette advertisements that appeal to children, and the perception that smoking makes one look more adult and more sophisticated are some of the many reasons that encourage children to try smoking. Early smoking habits increase an individual's risk of becoming chronic smokers. Therefore, effort is required to address the growing number of smokers in children.

    One of the most optimized efforts is to integrate the dangers and threats of cigarettes into learning through the creation of learning tools by explaining cigarette dangers to body health. School environment is one way to campaign for awareness about the dangers of smoking cigarettes. Additionally, parental supervision and support from an environment that limits children's access to cigarettes may be required

    In Makassar

    Panggappana World Health Organisatin WHO lakbi RI 90 pakaluruk tau Lompo apparamula annyoba akkaluruk RI tagannaknapa 18 Taung umurukna, na niak 25 ancobai ri wattu tagannaknapa 10 taung umurukna. Jumallana pakaluruk anak-anaka pilak katambangi jaina ri Indonesia kammatong. Situruki panggappana Data Global Youth Tobacco Survey GYTS napareka Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ri taung 2019 kira-kira niak 8,9 pasikola SMP siagang 29,3 pasikola SMA RI Indonesia lekbakmi nacoba akkaluruk.

    Sipakgang panilitia napaumi ankanayya passabakkanna sipak aganganga, lingkunganga, promosina kaluruka nangai anak-anaka, siagang panggappa angkana punna akkalurukki kammami tau Lompo nicinik na gammarak, iaminjo alasanna najaimo anak-anak ancobai akkaluruk. Kabiasang akkaluruk ri umuruk rungkayya antingkakkangi anjari pakaluruk massang. Lanri kammanaminjo niparalluangi usaha poro anjagai passalak pilak jaina pakaluruk anak-anaka.

    Sala sekrena usaha iamintu ampabattui bahaya siagang ancamang akkaluruk ilalang ri pappilajaranga nanipakasingarak bahayana kaluruka ri batang kalea. Ri sikolayyami anjari sekre cara ampabattui ri bahayana akkaluruka siagang pole parallui niak bantuang tau toa siagang lingkunganga ambatasi sollanna nakkkulle nakurangi pakaluruk anak-anaka. Kuminasai anne tulisanga teai simata paralluji bawang, mingka anjari pappaingak, pakkatutu sollanna na anjari generasi kaminang mabajika.

    In Indonesian

    Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 90 perokok dewasa pertama kali mencoba merokok sebelum berusia 18 tahun, dan sekitar 25% dari mereka mencoba untuk pertama kalinya sebelum usia 10 tahun. Jumlah perokok pada usia anak-anak semakin meningkat secara global termasuk di Indonesia. Menurut Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019, diperkirakan 8,9% siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 29,3% siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia telah mencoba merokok.

    Beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti teman sebaya, pengaruh lingkungan, iklan rokok yang menarik bagi anak-anak, dan persepsi bahwa merokok membuat seseorang terlihat lebih dewasa dan keren adalah beberapa dari banyak alasan yang mendorong anak-anak mencoba merokok. Kebiasaan merokok pada usia dini meningkatkan risiko individu untuk menjadi perokok kronis. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk mengatasi masalah meningkatnya angka perokok pada anak.

    Salah satu upaya yang dapat dioptimalkan yaitu mengintegrasikan bahaya dan ancaman rokok ke dalam pembelajaran melalui penyusunan perangkat pembelajaran dengan menjelaskan bahaya rokok terhadap kesehatan tubuh. Lingkungan sekolah menjadi salah satu cara untuk mengkampanyekan kesadaran tentang bahaya merokok. Selain itu, diperlukan adanya pengawasan orang tua dan dukungan dari lingkungan yang membatasi akses anak-anak terhadap rokok dapat membantu mengurangi prevalensi perokok anak.

    Saya berharap, tulisan ini tidak hanya sekedar informasi penting. Tapi bisa menjadi prinsip Sikatutui dalam budaya Makassar yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti saling menjaga; memelihara. Dengan demikian saling memelihara dan menjaga dalam kebaikan dapat mewujudkan generasi masa depan yang berkualitas.