Political Parties and Climate Crisis as the root of deforestation

From BASAsulselWiki

This is a Response to the Pemuda Bersuara Berdaya wikithon

20241014T133531558Z247253.jpeg

Pammulang na anne pikkiranga nipammula battu ri tulisang tahunanna Walhi Sulsel ta ukirik bahwa lalanna tahun 2023 anne pakrasangang ta Sulawesi Selatan sanna sallona anjo timoroka ia mi na anjari sabak panrak lamungan ta na kurang pangan ta. Biring tamparang na Pulau cakdia rilabbu na tallasaka terancang akibak tambang kassi tamparang, nikel na reklamasi. Maknassana anne peristiwa ni sakiringa dampakna pammirang hawayya, anjo pamminrang hawayya anjari ancamang tallasak paklinoangta.

loe sabak na, bahan bakar niaka ri battang linoa, minnyak gas. iangaseng anjari sabak na nia pammirang hawayya, 75 persen anjari passumbang emisi gas balla kaca global. Paling loe sumbanganna ia mi antu aktipitas angngallea bonenna anne linoa ta siarak ri loe wilayah ri Indonesia. Punna attarrusu ni pakbiang, anne pamminrangna hawayya la anjari ancamang ri sakgena tallasakta bajik kesehatang, passikolang na sosial. Anne ancamang na anjari mata rantai assisikkok assamaturuk.

ia anne kullea ni lakukang untuk angngatasi pamminrang hawayya, ni kelola anjo romanga bajik-bajik untuk katallassang selanjutna siagang angngurangi karbon dioksida na dampakna ri kalakbuang paklinoangta. untuk angngurangi anjo gas emisi ballak kacayya akkulleki ansorongi kebijakang akkullea perhatikangi pammakeang bahang passabak gas ballak kaca. Anne penyesuaianga akkule tong ki appaenteng infrastruktur attahanga ri pamminrang hawayya iamianjo bangunan tahang gempa, pallo'lorang jekne siagang tanggul tamparang.

Mari kita mulai meyusuri ide ini dengan melihat catatan tahunan yang diterbitkan oleh Walhi Sulsel tercatat bahwa sepanjang tahun 2023 Sulawesi Selatan mengalami kekeringan berkepanjangan yang berdampak pada gagal panen dan krisis pangan. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil masih mengalami ancaman akibat tambang pasir laut, nikel dan reklamasi. Tentunya berbagai peristiwa yang dirasakan masyarakat saat ini adalah dampak dari krisis iklim, dimana iklim yang mengalami perubahan menjadi momok bagi degradasi lingkungan yang terus mengancam keberlangsungan hidup masyarakat.

Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. sejauh ini merupakan penyumbang terbesar perubahan iklim global, yang menyumbang lebih dari 75 persen emisi gas rumah kaca global dan hampir 90 persen dari seluruh emisi karbon dioksida. Dominasi dari penyebab krisis iklim nampak berasal dari kegiatan ekstraktif yang salah satunya banyak ditemukan di Indonesia dan tesebar di beberapa wilayah. Jika terus menerus dibiarkan maka dampak krisis iklim ini akan menghantui kehidupan manusia, meggerogoti segala aspek baik kesehatan, pendidikan dan sosial. Dampak tersebut ibarat mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan di antaranya untuk mitigasi perubahan iklim yaitu melakukan pengelolaan hutan secara berkelanjutan untuk menyerap karbon dioksida dan mencegah deforestasi. Sementara pengurangan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai kebijakan yang mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca dari berbagai sumber. Adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi hal yang tak terelakkan. Salah satunya membangun infrastruktur yang tahan terhadap dampak perubahan iklim, seperti bangunan tahan gempa, sistem drainase yang baik, dan tanggul laut.

Let's start exploring this idea by looking at the annual records published by Walhi South Sulawesi, it is noted that throughout 2023 South Sulawesi experienced a prolonged drought which resulted in crop failure and a food crisis. Coastal areas and small islands are still threatened by sea sand mining, nickel and reclamation. Of course, the various events that society is currently experiencing are the impact of the climate crisis, where climate change is becoming a scourge of environmental degradation which continues to threaten the survival of society.

Fossil fuels such as coal, oil and gas. it is by far the largest contributor to global climate change, accounting for more than 75 percent of global greenhouse gas emissions and nearly 90 percent of all carbon dioxide emissions. The dominance of the causes of the climate crisis appears to come from extractive activities, one of which is often found in Indonesia and is spread across several regions. If this continues, the impact of the climate crisis will haunt human life, undermining all aspects of health, education and social affairs. These impacts are like links in a chain that are interconnected with each other.

Several steps that can be taken include mitigating climate change, namely carrying out sustainable forest management to absorb carbon dioxide and prevent deforestation. Meanwhile, reducing greenhouse gas emissions can be done by implementing various policies that encourage the reduction of greenhouse gas emissions from various sources. Adaptation to climate change is inevitable. One of them is building infrastructure that is resistant to the impacts of climate change, such as earthquake-resistant buildings, good drainage systems and sea walls.

Affiliation
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Gowa
Age
22-30

What do you think about this response?

0
Vote

Comments below!


Add your comment
BASAsulselWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.