Property:Page text id
From BASAsulselWiki
A
Apa yang akan terjadi jika politik dijalankan oleh anak muda yang hanya peduli pada meme dan emoji daripada undang undang +
Dimana setiap paginya anak muda yang kesehariannya hanya berbaring di tempat tidur,makan dan kembali baring kembali dan hanya memainkan hp dan lanjut scroll beranda tiktok dan Ig .kesehariannya hanya melakukan hal tersebut sambil tertawa terbahak-bahak memandangi hp nya karena melihat Meme di hp nya .Tiba tiba ia mendapat pesan chat dari wa oleh ayahnya bahwa ia harus membantunya dalam menjalankan partai politik bersemanya.sontak anak yg kesehariannya hanya berbaring ini kaget tapi ia tidak menghiraukan nya ,tetapi ayahnya mengancam akan tidak memberikan nya uang jajan selama seminggu.Iapun akhirnya dengan terpaksa menjalankan politik ayahnya dengan rasa malas .ketika dia sedang menjalankan tugasnya ia diharuskan untuk berpidato di depan warga yg sedang dikunjungi oleh ayahnya karena ia tidak tahu menahu dengan situasinya ,ia malah ngelantur dan berbicara hal konyol yg membuat orang yg hadir malah bingung dan kadang ada juga yang ketawa sampai terbahak karena mendengar lelucon dari pemuda ini .setelah membantu ayah nya dalam menjalankan tugasnya akhirnya ayahnya mengatakan 'ayah salah sudah mengajak kamu,ayah harap kamu bisa menggantikan ayah suatu hari nanti untuk melanjutkan tugas ayah' anak muda tersebut tidak menghiraukannya dan lanjut scroll liat meme yang ada di hpnya. +
Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki pertumbuhan dengan pola pikir, masing-masing memiliki hak atas kebebasan dalam hidup. Mereka yang mengalami tindakan teror latihan, haknya untuk dilindungi.
Jika ada pengungsi di daerah saya dengan kenyataan bahwa daerah tempat tinggal mereka terancam pemboman atau eksploitasi, maka saya sebagai makhluk yang sama, terlepas dari latar belakang, akan mengambil peran untuk memenuhi hak perlindungan mereka. +
Sejak pandemi Covid-19 menyebar keseluruh penjuru dunia, sistem pendidikan tatap muka langsung berubah menjadi Dalam Jaringan (Daring). Awal penerapan daring sangat menyenangkan dan dinilai lebih efektif. Namun belakangan ini, mulai membosankan ditambah koneksi jaringan yang kurang memadai membuat semangat belajar menurun. Pembelajaran daring cukup kontradiksi dikalangan pelajar.
Pemerintah tengah berupaya menyelesaikan permasalahan ini dengan merencanakan pembelajaran tatap muka langsung dibulan juli, 2021 mendatang.
Menurut Anda, apakah sistem pembelajaran daring cukup efektif dilaksanakan? +
Generasi muda masa kini seringkali terkesan acuh terhadap pemilu.
Saya pribadi berpendapat bahwa sikap tersebut muncul dari rasa ketidakpercayaan terhadap sistem politik, di mana mereka merasa suaranya tidak benar-benar diakui atau tidak berdampak.
Selain itu, permasalahan kebijakan yang membingungkan juga dapat membuat mereka merasa terasing dari proses kebijakan formal.
Di sisi lain, saya beranggapan bahwa sikap apatis ini merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap terbatasnya pilihan kebijakan.
Kaum muda mungkin merasa bahwa partai atau kandidat yang ada saat ini tidak sepenuhnya dapat memenuhi janji-janji yang mereka buat sendiri.
Dalam hal ini, kurangnya pendidikan politik mungkin menjadi faktor penting, karena pemahaman yang lebih mendalam mengenai sistem politik dapat mendorong partisipasi.
Namun, tidak dapat diabaikan bahwa sebagian anak muda masih aktif secara politik, berpartisipasi dalam gerakan sosial atau menggunakan jejaring sosial untuk mengekspresikan pandangan mereka.
Meskipun terdapat ketidakpedulian, mungkin terdapat unsur ketidaksetujuan yang dapat mendorong perubahan positif dalam jumlah pemilih.
Pentingnya memahami pandangan generasi muda terhadap pemilu menghadirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan partisipasi mereka.
Pendekatan yang lebih komprehensif, pendidikan politik yang lebih efektif, dan penciptaan ruang ekspresi politik yang lebih beragam mungkin diperlukan untuk merangsang minat dan partisipasi mereka dalam proses demokrasi. +
Memahami alasan apatisme pemilih dan menemukan solusi yang efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat menjadi penting bagi kita dalam proses demokrasi. Sehingga dalam Artikel ini menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, serta strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan partisipasi.
Apatisme pemilih dalam pemilu di Indonesia merupakan masalah utama dalam upaya membangun demokrasi yang kuat. Salah satu masalah terbesar adalah kurangnya kesadaran politik di kalangan pemilih. Banyak pemilih tidak mengetahui tentang hak mereka untuk berpartisipasi dalam pemilu dan bagaimana partisipasi mereka dapat mempengaruhi arah politik negara kedepan. Selain itu, ketidakpuasan terhadap kinerja politik dan kurangnya kepercayaan terhadap sistem politik menjadi faktor yang mempengaruhi sikap apatis pemilih. Kekecewaan dengan janji pemilu yang tidak terpenuhi, skandal politik dan kecurangan pemilu di masa lalu dapat melemahkan motivasi pemilih untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu.
Tambah lagi, kondisi sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi sikap apatis di kalangan pemilih. Ketimpangan akses dan kesempatan dalam masyarakat dapat mempengaruhi partisipasi politik. Orang yang tidak berpendidikan akan cenderung acuh karena tidak mengerti akan manfaat memilih. Sedangkan orang berpenghasilan rendah akan enggan untuk meninggalkan pekerjaan mereka atau yang tinggal di daerah terpencil mungkin menghadapi hambatan untuk mengakses informasi politik dan tempat pemungutan suara. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar juga dapat menurunkan minat pemilih, menyebabkan tidak dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum, atau bahkan berpotensi terjadinya “beli suara” oleh oknum politisi. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk memastikan akses dan kesempatan yang sama bagi semua warga negara serta meningkatkan kesadaran dan kepercayaan politik terhadap sistem politik untuk mengatasi masalah apatisme pemilih ini.
Partisipasi aktif dalam pemilu sangat penting dan bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia. Pertama, partisipasi yang tinggi memperkuat fondasi demokrasi. Dalam negara demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat dan pemilu merupakan mekanisme untuk menyalurkan suaranya. Dengan berpartisipasi dalam pemilu, warga berperan aktif dalam membentuk masa depan negara dan memilih pemimpin yang mewakili kepentingannya. Hal ini memberikan legitimasi kepada pemerintah terpilih dan memperkuat sistem demokrasi sebagai dasar pemerintahan yang baik dan adil.
Apatisme terhadap politik semakin meningkat di kalangan pemuda di Indonesia. Lantas, apakah yang menjadi penyebab utama peningkatan apatisme terhadap di kalangan para pemuda di Indonesia? Hal ini dikarenakan, banyak pemuda di Indonesia masih tidak melek politik atau bahkan tidak peduli terhadap politik negara Indonesia. Apatisme ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu ketidak puasan terhadap kinerja pemerintah. Maraknya penyalah gunaan kekuasaan dan korupsi yang terjadi menurunkan kepercayaan para pemuda terhadap pemerintah. Alhasil, para pemuda mulai tidak peduli terhadap bagaimana pemerintahan Indonesia. Selain ketidak puasan para pemuda. Beberapa pemuda, terutama Gen Z (Anak kelahiran tahun 1995-2010) masih belum merasakan efek dari politik tersebut. Oleh karena itulah, beberapa dari mereka tidak peduli mengingat mereka belum merasakan dampak dari politik tersebut sepenuhnya. Sebenarnya tidak semua pemuda benar-benar apatis dan tidak peduli terhadap politik Indonesia. Beberapa dari mereka bahkan ingin bisa berkontribusi seperti membuat pilihan pada saat pemilu. Namun, mereka masih kurang dalam pendidikan politik. Selain itu, pengajaran politik yang didapatkan seringkali tidak netral dan menglorifikasikan satu sosok dalam dunia politik oleh pengajar politik. Apabila apatisme dan ketidak melekan politik pada pemuda ini semakin meningkat, salah satu sila Pancasila, yaitu sila ke-4 yang menjunjung tihggi demokrasi tidak akan bisa terlaksana. +
Apatisme terhadap politik semakin meningkat di kalangan pemuda di Indonesia. Lantas, apakah yang menjadi penyebab utama peningkatan apatisme terhadap di kalangan para pemuda di Indonesia? Hal ini dikarenakan, banyak pemuda di Indonesia masih tidak melek politik atau bahkan tidak peduli terhadap politik negara Indonesia.
Apatisme ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu ketidak puasan terhadap kinerja pemerintah. Maraknya penyalah gunaan kekuasaan dan korupsi yang terjadi menurunkan kepercayaan para pemuda terhadap pemerintah. Alhasil, para pemuda mulai tidak peduli terhadap bagaimana pemerintahan Indonesia.
Selain ketidak puasan para pemuda. Beberapa pemuda, terutama Gen Z (Anak kelahiran tahun 1995-2010) masih belum merasakan efek dari politik tersebut. Oleh karena itulah, beberapa dari mereka tidak peduli mengingat mereka belum merasakan dampak dari politik tersebut sepenuhnya.
Sebenarnya tidak semua pemuda benar-benar apatis dan tidak peduli terhadap politik Indonesia. Beberapa dari mereka bahkan ingin bisa berkontribusi seperti membuat pilihan pada saat pemilu. Namun, mereka masih kurang dalam pendidikan politik. Selain itu, pengajaran politik yang didapatkan seringkali tidak netral dan menglorifikasikan satu sosok dalam dunia politik oleh pengajar politik. Apabila apatisme dan ketidak melekan politik pada pemuda ini semakin meningkat, salah satu sila Pancasila, yaitu sila ke-4 yang menjunjung tihggi demokrasi tidak akan bisa terlaksana. +
Halo saya Arctic Pinangsia dari kelas E/5 . Ini adalah pepatah yang saya buat, dimana kalimat tersebut bertujuan untuk menyematkan kita dalam mencapai sebuah hasil . +
Video ini menceritakan tentang diri saya sendiri selama melakukan pembelajaran pandemi covid-19 +
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
ᨈᨅᨙ, saya ARYA FEBRIANI bisa di panggil Farya.Saya sangat menyukai Naruto , Saya merupakan mahasiswi Fakultas Seni dan Desain(FSD) Universitas Negeri Makassar (UNM). +
Lontara merupakan tulisan khas masyarakat suku Bugis-Makassar yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.Lontara merupakan seni budaya masyarakat Bugis berupa aksara tradisional. Berasal dari sejenis daun khas Sulawesi Selatan yang disebut lontar hingga kemudian masyarakat setempat menamakan Lontara.
Aksara Lontara yang terkenal hingga sekarang tidak lepas dari peran penting dari Daeng Pamatte. Ia merupakan pejabat pemerintah pada masa Raja Gowa ke-9, Karaeng Tumapa’risi Kallonna.Dari tangan Daeng Pamatte inilah tercipta huruf Lontara Makassar, dan buku Lontara Bilang Gowa Tallo. Kisah awal dari lahirnya Aksara Lontara, bermula dari perintah Karaeng Tumapa’risi menciptakan huruf Makassar, Kemudian pada perkembangan selanjutnya Lontara ciptaan Daeng Pamatte terus meningkat sampai abad 19 hingga jumlahnya menjadi 19 dengan tambahan huruf ‘ha’. Selanjutnya dikembangkan lagi untuk keperluan bahasa Bugis, yaitu ngka, mpa, nra, dan nca menjadi 23 huruf. Dari 23 itu pula yang akhirnya dikenal dengan nama Aksara Lontara Bugis Makassar. +
Asri Saraswati adalah Asisten Profesor di Program Studi Bahasa Inggris dan Program Studi Amerika, Universitas Indonesia. Dia menerima gelar Ph.D. dalam Kajian Amerika, di Universitas Negeri New York, Buffalo. Dia berspesialisasi dalam etnis dan migrasi di budaya dan sastra AS dan Asia-Amerika. Karya dan penelitiannya berusaha memahami interaksi antara politik budaya dan migrasi manusia dan modal. Asri mengajar mata kuliah tentang sastra dan masyarakat Amerika, kritik sastra, serta ras, gender, dan etnis. +
Perilaku merokok pada anak-anak dan remaja merupakan masalah serius yang terus meningkat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Angka perokok anak yang meningkat setiap tahun menjadi alarm bagi kesehatan dan masa depan generasi muda. Merokok pada usia dini memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan, seperti risiko kesehatan fisik dan mental yang tinggi, penurunan kualitas hidup, dan potensi ketergantungan pada nikotin di kemudian hari. Oleh karena itu, upaya mencegah dan memutus mata rantai perokok anak menjadi hal yang mendesak untuk diatasi.
Penyebab meningkatnya angka perokok anak mencakup berbagai faktor, seperti eksposur iklan rokok yang menarik, kurangnya kesadaran akan dampak buruk merokok pada kesehatan, dan akses yang mudah terhadap produk tembakau. Peran lingkungan sosial, termasuk keluarga dan teman sebaya, juga mempengaruhi kecenderungan anak-anak untuk mencoba merokok. Selain itu, kurangnya implementasi kebijakan yang efektif dalam mengatasi masalah merokok pada anak-anak menjadi tantangan dalam memutus mata rantai perokok di kalangan generasi muda.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Pendidikan dan kesadaran akan bahaya merokok harus dimulai sejak dini di sekolah-sekolah. Program pencegahan merokok yang efektif dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada anak-anak tentang dampak buruk merokok pada kesehatan dan mengajarkan mereka untuk membuat pilihan yang bijak.
Selain itu, pembatasan iklan rokok yang ditargetkan pada anak-anak dan remaja perlu diberlakukan secara ketat. Kebijakan harga dan pajak yang lebih tinggi pada produk tembakau dapat membantu mengurangi akses anak-anak dan remaja terhadap rokok. Dampaknya dapat dirasakan dalam mengurangi permintaan dan mengurangi minat untuk mencoba merokok.
Peran keluarga dan masyarakat juga penting dalam mencegah perokok anak. Lingkungan yang bebas dari rokok di rumah dan di tempat umum dapat menciptakan model perilaku yang baik bagi anak-anak. Melibatkan komunitas dalam kampanye anti-rokok dan edukasi dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pilihan hidup yang sehat.
Angka perokok anak yang meningkat tiap tahun memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Upaya pencegahan merokok harus dimulai dari berbagai level, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan, kesadaran, pembatasan iklan, kebijakan harga, dan partisipasi aktif komunitas merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk memutus mata rantai perokok anak. Hanya dengan upaya bersama dan konsisten, kita dapat mencapai generasi muda yang sehat, bebas dari bahaya merokok, dan memiliki masa depan yang lebih cerah.
Di masa ini, ketika saya menyimak berbagai informasi politik, saya merasakan kecenderungan pembahasan yang terasa lebih serius dan sulit dicerna. Sebagai seorang mahasiswa, terkadang saya merasa jauh dari pendekatan dunia politik yang sepertinya begitu rumit. Pada pandangan ini, saya yakin bahwa jika pemahaman politik disosialisasikan dengan memberikan sedikit hiburan meme atau hal yang lucu namun tetap menjaga etika politik, itu tidak hanya akan membantu membuatnya lebih mudah dipahami, tapi juga dapat menjadi strategi untuk memicu minat pemuda terhadap lingkungan politik.
Perlu banyak pemuda yang mungkin berani mengakui itu, seperti saya, tidak selalu memiliki pandangan serius terhadap politik. Kadang juga, isu-isu politik terasa begitu berat dan terasa berbeda dari realitas sehari-hari kami. Tapi, jika politik dapat disosialisasikan dengan bahasa yang lebih dekat dengan pemuda, seperti adanya campuran meme atau kelucuan-kelucuan, itu bukan hanya menjadi jalan baru yang menyenangkan untuk memahami isu-isu politik, tapi juga dapat memberi perubahan pandangan pemuda terhadap keterlibatan dalam politik.
Dengan pendekatan dan metode yang lebih santai dan kreatif, politik dapat menjadi sesuatu yang lebih mudah dipahami bagi pemuda ataupun mahasiswa. Saya percaya bahwa menggunakan meme atau satir yang tetap menjaga etika politik dalam menyampaikan informasi politik tidak hanya akan membuatnya lebih menarik dan santai, tetapi juga dapat membantu membangun jembatan antara pemuda terhadap dunia politik. Dengan itu, suara pemuda dapat lebih didengar dan diakui dalam pembentukan kebijakan yang relevan dengan keseharian dan masa depan pemuda dan mahasiswa. +
Halo, saya Aswar saat ini berstatus sebagai mahasiswa FSD UNM. +
Awal Bulan Yang Indah
Awal bulan yang baik dimulai dengan hal hal yang baik juga seperti jalan jalan dengan teman teman tercinta...
🖤🖤🖤🖤🖤🖤 +
Bulan Oktober disebut juga sebagai bulan bahasa. Dalam sejarah, bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, bersamaan dengan ikrar Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Semakin hari semakin banyak kekayaan budaya berupa bahasa daerah tersebut yang hilang disebabkan tidak ada lagi generasi penerus yang melestarikannya. Sebagai salah satu indikatornya dapat dilihat dari kepunahan beberapa bahasa daerah di Indonesia akhir-akhir ini.
Tradisi lisan yang sangat kental di Indonesia menyebabkan bahasa daerah begitu penting dalam proses penggalian kembali nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap tradisi dan kebudayaan. Contoh kearifan lokal dapat dijumpai dari syair-syair
Bahasa daerah sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia harus terus dilestarikan. Pemertahanan bahasa daerah tersebut adalah salah satu bentuk melestarikan budaya lokal. Mempertahankan komunikasi dengan bahasa daerah tidak serta merta dimaknai sebagai sebuah egosentris kedaerahan, tetapi sebagai sebuah upaya membangun interaksi bahasa demi melestarikan kekayaan bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kelestarian bahasa sangat bergantung pada penuturnya. Jika penutur sudah tidak lagi menggunakan bahasa tersebut, bisa dipastikan bahasa tersebut akan punah. Seperti halnya kepunahan beberapa bahasa daerah di Indonesia
Upaya mendasar pemertahanan bahasa daerah bisa dilakukan di dalam lingkup keluarga. Dalam komunikasi keluarga yang berperan dominan tentu orang tua. Orang tua yang lebih memahami bahasa daerah baik lisan maupun tulisan harus lebih memberikan pemahaman dan pengetahuan pada anak mengenai pentingnya melestarikan bahasa daerah.
Fungsi bahasa (daerah) adalah sebagai media untuk menyimpan dan mewariskan hasil-hasil kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang sesuai dengan perkembangan budaya di Indonesia yang lebih banyak terabadikan dalam tradisi lisan (oral tradition). Berdasarkan hal tersebut, peran keluarga sangat vital dalam melestarikan bahasa daerah sebagai salah satu khasanah kebudayaan bangsa.
Cara Melestarikan Bahasa Daerah
- Membiasakan diri menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari.
- Bahasa Daerah dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
- Membuat lomba karya atau tulisan yang menggunakan bahasa daerah masing-masing.
- Perlu membentuk komunitas belajar bahasa daerah bersama.
- Mengajarkan bahasa daerah sejak dini
Untuk melestarikan bahasa daerah kita sebagai generasi penerus bangsa harus menjaga tutur hidup supaya bisa bangga memiliki bahasa daerah.kunci melestarikan bahasa daerah ada di masyarakat dari tuturnya atau dari kesadarannya dalam bahasa daerah.
Hai teman-teman! Saya Azfa Hamdan Majid,
saya dari universitas makassar sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual
Saya akan menunjukan pekerjaan tipografi saya untuk tugas mata kuliah 'Tipografi Dasar' +
Menurut kami sekolah masa depan, kita dapat dimudahkan dan dimanjakan dengan pengaruh teknologi dan digitalisasi, semua informasi dapat kita akses oleh siapa pun dengan mudah dan cepat, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Karna penggunaan AI dalam sekolah akan membantu penyesuaian pendidikan bagi setiap pelajar.
AI diharapkan juga dapat membantu para guru untuk lebih fokus dalam memberikan perhatian terhadap tiap murid. AI dapat digunakan untuk membantu menjawab pertanyaan yang sederhana ataupun menilai tugas para murid yang biasanya menyita banyak waktu seorang guru. +
B
Jika saya menjadi seorang pemimpim, maka untuk memperingati hari kemerdekaan indonesia yang ke 76 tahun, maka saya akan membagi-bagikan masker merah putih kepada seluruh msyarakat secara gratis untuk mencegah penularan covid 19. semoga dengan adanya kegiatan ini, kita bisa memutus tali rantai penyebaran covid 19. +
BELAJAR DI MASA PANDEMI +