Angka Perokok Meningkat Akibat Tarik Ulur Kebijakan!
- Title
- Angka Perokok Meningkat Akibat Tarik Ulur Kebijakan!
- Affiliation
- Author(s)
- Category
- -
- Photo Credit/Source
- IKA RINI PUSPITA (Pengurus FLP Sulsel)
- Location
- Desa Je'namadinging Kec Pattallassang Kab Gowa Sulsel
The place does not exists yet in wiki, click to create it
In English
In recent years, the number of Indonesian smokers has increased dramatically. The next generation of the nation is becoming a cigarette addict, their money is used up to burn cigarettes cigarettes. How ironic.
The increase in the number of smokers, especially among children, is actually due to the lack of strict regulations and the tug-of-war from the government. Everyone agrees that smoking cigarettes can have negative effects, but we just ignore it. To be honest, the only or dominant consideration is economic considerations. Not the economy of society in general, but consideration of corporate interests. Strange, when the cigarette industry is legalized, while advertising is limited. Because the target of the cigarette industry profit as much as possible.
The solution that the author gives is to close the cigarette industry, because the root of the problem lies there. When a leaky water faucet is closed, the source of the leak is not something else. The problem with the closure of tobacco companies will cause many layoffs, losses for tobacco farmers, reduced state revenues from cigarette excise, and so on. Another problem!
The critical question is, how long will the policies in this country fail to find a solution. Say hello we don't make any breakthroughs to provide jobs for cigarette factory workers if the cigarette factory is closed. There is also no breakthrough to replace tobacco with other plants that are more useful for society.
Indonesia is actually rich in both natural resources and human resources. Why can't we empower it all? The role of the state/ruler should be able to resolve this matter.
What is very concerning is that the government has simplified the problem. For example, by appointing anti-smoking ambassadors from among the youth. The task of these ambassadors is to socialize the dangers of smoking to others, while cigarette production and advertising continues. Whenever there is a generational problem, the government is busy appointing ambassadors. Generations become victims, generations are also encouraged to build awareness of others. Wow, messy!In Makassar
Pakaluruk Jai Nasaba Kabijakang Berubah-Ubah
Kajadiang anne riboko-bokoa, pakaluruka ri Indonesia sanna jaina iamiantu tau lolo siagang tau rungka. Sanna jaina naiso kaluruk nampa nala busu natunuji doe na. Kamaseanna karaeng
Jai tau akkaluruk nasabah kurang tegaski siagang nangai berubah-ubah kabijakanna pamarentayya. Nampa, katte ngaseng sapakak jai kakodianna kaluruka, nampa tena dijampangiji. Nasaba doe . Teai kapantingan tau jai napikkiri tapi tau jaia doekna korporat. Aneh tongi, produksi kaluruka napassangji, nampa iklan kaluruka nabatasi. Targekna perusahaanga keuntungan sanna jaina.
Solusina tau nuliska anne iamiantu ritongkoki paberek kaluruka. Nasabak kakodianna sanna jaina. Punna nia pammoneang je ne boncoro , ritongkoki anjoeng riboncoroka teai maraenga, anjo solusina. Masalah maraenga, punna ri tongkoki paberek kaluruka jai PHK, rugi tau lamung-lamung Tembakaua siagang alasang maraenga. Maraeng tong anne
Pakkuta nangang kritisna saggeng ngapapi dikammanne terus? Anggapana tena dipikkiriki solusi tuntasna. Na Indonesia sannaja jaina doe na jai SDA siangang SDM-na tapi tena difungsikan ngasengi. Peranna penguasa poeng baji punna na seriusi anne masalahyya na tippa le bak.
Mirisna poeng, pamarentata appareki masalah, na angkat duta anti kaluruk tau loloa-rungka tujuanna napawwangi masarakaka bahayana kaluruka. Lucuna, punna nia masalah naangkat duta-duta eroki napa le bak masalah niaka. Nampa iklanna kaluruka sanna jaina. Katte ngasengmi korbang, katte tommi pole disuruh ampa lebaki mae ri maraenganga. Jamang-jamang
In Indonesian
Beberapa tahun terakhir, jumlah perokok Indonesia meningkat drastis. Generasi penerus bangsa menjadi pecandu rokok, uangnya habis untuk membakar batang demi batang rokok. Sungguh ironis.
Meningkatnya angka perokok utamanya pada anak sebenarnya karena kurang tegas dan regulasi yang tarik ulur dari pemerintah. Semua sepakat, menghisap rokok bisa menimbulkan efek negatif, tapi justru kita mengabaikan itu. Kalau boleh jujur, satu-satunya pertimbangan atau yang dominan adalah pertimbangan ekonomi. Bukan ekonomi masyarakat secara umum, tetapi pertimbangan kepentingan korporasi. Aneh, ketika industri rokok dilegalkan, sementara iklan dibatasi. Karena target industri rokok profit sebesar-besarnya.
Solusi yang penulis berikan tutup industri rokoknya, karena akar masalahnya ada di situ. Saat keran air bocor yang ditutup sumber kebocorannya, bukan yang lainlain agar masalahnya tuntas ke akarnya. Masalah dengan tutupnya perusahaan rokok akan menyebabkan banyaknya PHK, kerugian petani tembakau, berkurangnya pendapatan negara dari cukai rokok, dan sebagainya. Masalahnya lain!
Pertanyaan kritis, sampai kapan kebijakan di negeri ini gagap solusi. Mengapa kita tidak membuat terobosan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para buruh pabrik rokok jika pabrik rokok ditutup. Juga tidak punya terobosan untuk alih tanam Tembakau dengan tanaman lain yang lebih berguna bagi masyarakat.
Indonesia sebenarnya kaya baik SDA dan SDM. Mengapa kita tidak berdayakan itu semua? Adanya peran negara/penguasa seyogiannya bisa menyelesaikan perkara ini.
Yang sangat memprihatinkan, justru pemerintah melakukan simplifikasi masalah. Misalnya, dengan mengangkat duta anti rokok dari kalangan pemuda. Tugas para duta ini untuk sosialisasi bahaya rokok kepada sesama, sementara produksi dan iklan rokok terus ada. Setiap ada problem generasi, maka pemerintah sibuk mengangkat duta. Generasi jadi korban, generasi juga yang didorong untuk membangun kesadaran terhadap sesama. Waduhhh, ruwet!
Enable comment auto-refresher
Anonymous user #1
Permalink |
Anonymous user #1
Permalink |
Farah Anita
Permalink |
Anonymous user #1
Permalink |
Nawir
Permalink |