Property:Description text id

From BASAsulselWiki
Showing 20 pages using this property.
"
Pendapat para Gen Z terhadap calon presiden pada 2024 dapat bervariasi, tetapi banyak dari mereka cenderung mencari pemimpin yang transparan, berkomitmen pada isu lingkungan, dan teknologi. Kriteria yang penting termasuk integritas, kemampuan adaptasi terhadap perubahan, serta pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial dan ekonomi yang dihadapi generasi mereka. Pemilihan presiden yang ideal melibatkan mencari pemimpin yang memiliki integritas tinggi, kredibilitas, dan ketulusan dalam melayani rakyat. Penting juga untuk mencari pemimpin yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan terkini. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, transparansi dalam tindakan dan kebijakan, serta kemampuan untuk mempersatukan masyarakat juga merupakan kriteria penting. Dalam konteks generasi sekarang, presiden yang memahami dan merespons tuntutan teknologi serta memiliki komitmen terhadap inklusivitas dan keadilan sosial juga akan sangat dihargai.  +
Di bulan memasuki Ramadhan, Sebuah berita mengatakan "Bagaimana sulitnya mencari minyak" Karena itulah masyarakat menjadi resah akhir akhir ini. Bukannya bagaimana, namun minyak ialah kebutuhan pokok yang sangat di butuhkan untuk memasak, menjual, apalagi di bulan ramadhan saat ini. Akan tetapi, kenapakah minyak sangat susah di cari akhir-akhir ini? Ada yang berceletuk ringan, "Ada yang menimbun minyak diantara kami" "Benarkah hal itu?"  +
Teknologi digital saat ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, terutama generasi muda masa kini yang sering akrab dengan media sosial dan topik-topik terkait teknologi lainnya. Dalam hal teknologi, generasi muda kini memainkan peran penting dalam membentuk masa depan negara. Dengan semangat dan kreativitas, kita dapat menciptakan perubahan, mencapai transformasi positif dalam proses pemilu. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa mempunyai peran yang ideal dalam kemajuan negara. Pentingnya peran generasi muda, baik didasari atau tidak, generasi muda memang mempunyai peran dan fungsi yang strategis dalam mendorong pembangunan, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi muda harus mempunyai keberanian yang kuat untuk membangun negeri dan negaranya, berkepribadian luhur dan berjiwa nasionalis. Generasi muda berperan aktif sebagai agen perubahan. Sebagai agen perubahan, hal ini dicapai melalui pengembangan pendidikan politik dan demokratisasi. Dengan transformasi digital, partisipasi pemuda dalam pemilu bukan hanya tentang memberikan suara, tetapi juga membangun dasar keberlanjutan demokrasi. Dengan menggunakan teknologi, pemuda dapat menjadi kekuatan yang memimpin proses demokrasi menuju masa depan yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Namun ada hal yang menjadi faktor penghambat akan demokrasi ini salah satunya yaitu kurangnya literasi dan berbagai tantangan finansial yang akan dihadapi, Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua pemuda memiliki akses setara terhadap teknologi. Oleh karena itu, memasukkan pemuda ke dalam pemilu dan memanfaatkan potensi transformasi digital adalah langkah strategis menuju masa depan yang lebih baik. Pemuda yang penuh semangat, didukung oleh teknologi untuk menciptakan jalan politik dan sosial yang lebih baik, akan menentukan masa depan kita.  +
Sebagai mana yang kita ketahui bahwa perokok anak di Indonesia masih sangat tinggi, sehingga perlunya perhatian serius dalam merespon permasalahan tersebut. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan sekolah terkait bahaya dari rokok itu sendiri dan perlunya pembenahan persepsi bahwa "merokok itu tidak keren".  +
"Pemuda dan Politik: Melangkah Bersama Menuju Perubahan"  +
"Pemuda dan Politik: Melangkah Bersama Menuju Perubahan" menciptakan naratif yang kaya akan perjuangan, semangat, dan evolusi yang melibatkan pemuda di dalam ranah politik yang dinamis. Ini bukan sekadar kisah tentang perubahan struktural, tetapi juga tentang perubahan jiwa dan pandangan dunia. Pemuda, dengan semangatnya yang membara, seringkali menjadi pionir perubahan. Langkah pertama mereka dalam dunia politik membawa harapan segar, energi positif, dan impian besar akan masyarakat yang lebih adil. Tapi, terna ini mengungkapkan bahwa perjalanan ini tidaklah mudah. Mereka harus menavigasi kompleksitas politik yang sering kali membingungkan dan memerlukan ketekunan untuk mempengaruhi perubahan yang signifikan. Dalam tahap awal keterlibatan politik pemuda, terasa semangat idealisme yang kuat. Mereka merancang visi utopis, membayangkan dunia yang bebas dari ketidakadilan dan korupsi. Namun, seiring berjalannya waktu, pemuda harus menghadapi kenyataan yang keras dari politik yang kompleks. Ini adalah saat-saat di mana semangat harus diimbangi dengan ketelitian dan kebijaksanaan politik. Setiap langkah yang diambil oleh pemuda dalam naratif ini memiliki dampak yang mendalam. Mereka tidak hanya berpartisipasi sebagai penonton dalam pementasan politik, tetapi juga sebagai aktor utama yang menentukan plot cerita. Keberanian mereka untuk mengambil risiko, mengemukakan pandangan yang berbeda, dan berdiri teguh dalam nilai-nilai mereka mengilustrasikan esensi dari "Melangkah Bersama Menuju Perubahan." Dalam perjalanan politik mereka, pemuda sering dihadapkan pada pilihan sulit dan konflik moral. Bagaimana mereka dapat mempertahankan integritas dalam lingkungan politik yang sering kali penuh dengan godaan dan kompromi? Terna ini menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengeksplorasi momen-momen kritis di mana pemuda harus memutuskan antara kepatuhan pada prinsip atau adaptasi dengan realitas politik. Meskipun berhadapan dengan rintangan dan tantangan, terna ini menekankan bahwa pemuda terus melangkah maju. Dalam upayanya untuk mencapai perubahan yang berarti, mereka belajar beradaptasi, membangun aliansi strategis, dan menjelajahi jalur politik yang mungkin belum terjamah sebelumnya. Tindakan kolektif pemuda dan politik menjadi landasan bagi perubahan yang lebih besar. Naratif ini tidak hanya menciptakan gambaran tentang perjuangan pemuda di dunia politik, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang evolusi politik dan sosial. Bagaimana pemuda meresapi dan membentuk politik menjadi refleksi dari perubahan yang terjadi di masyarakat secara keseluruhan. Dengan mengakhiri setiap langkah dengan harapan dan keberanian, terna ini menciptakan cerita yang menggugah, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan bagi generasi mendatang untuk mengambil peran dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Pemuda dan politik, melangkah bersama, tidak hanya menggambarkan suatu perubahan, tetapi merupakan pilar utama bagi perubahan itu sendiri.  
"Pendidikan di masa pandemi Covid - 19 Wabah global telah melanda dunia, begitu pula yg terjadi di Indonesia, sehingga program stay at home dilaksanakan sbg upaya menekan perluasan covid-19. Pada Universitas Terbuka, bulan Maret adalah awal semester tutorial masa registrasi 2020.1, baik tutorial online (tuton) maupun tutorial tatap muka (TTM). UT Semarang, sedang memasuki tutorial perdana pada mahasiswa yang mengambil modus pembelajaran TTM. Untuk menaati program pemerintah, modus pembelajaran dialihkan menjadi kelas virtual, agar mahasiswa tetap mendapatkan haknya memperoleh ilmu tetapi tetap aman dengan di rumah saja. Kelas TTM diganti menggunakan modus tuweb (tutorial webinar). Modus baru didapatkan mahasiswa sehingga mendorong penelitian ini dilakukan. Bagaimana kesiapan mahasiswa dengan pembaharuan modus belajar? Bagaimana penguasaan teknologi yang diperlukan mahasiswa dalam menyongsong pembelajarannya? Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan kuesioner. Populasi diambil dari 100 mahasiswa UT Semarang, pokjar Kabupaten Batang dari berbagai semester. Hasil dari penelitian menunjukkan 82% mahasiswa mendukung dan semakin semangat dalam menyiapkan teknologi untuk modus baru pembelajaran menggunakan tuweb. Saran dan masukan mahasiswa juga menjadikan evaluasi dalam pelayanan lebih prima pada UT maupun dunia pendidikan pada keadaan global yang sedang terkena wabah ini."  +
Pemuda merupakan kekuatan utama dalam membentuk masa depan suatu negara. Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran politik di kalangan pemuda guna meningkatkan partisipasi mereka dalam proses demokrasi, terutama dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Strategi pendidikan dan pemanfaatan media sosial menjadi dua aspek krusial dalam upaya mencapai tujuan tersebut. Pendidikan politik yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat membentuk pemuda yang kritis dan berpengetahuan luas mengenai sistem politik dan nilai-nilai demokrasi. Pelajaran mengenai struktur pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, serta dampak keputusan politik terhadap kehidupan sehari-hari menjadi landasan penting. Dengan demikian, pemuda dapat memahami arti pentingnya partisipasi aktif dalam proses politik. Media sosial memainkan peran besar dalam menghubungkan dan memberdayakan pemuda secara efektif. Kampanye politik yang kreatif dan edukatif dapat disebarkan melalui platform-platform ini untuk mencapai khalayak yang lebih luas. Hashtag dan tren terkait politik dapat menjadi sarana untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran pemuda akan isu-isu politik yang relevan. Namun, penting untuk menciptakan literasi media sosial yang baik agar pemuda mampu memilah informasi yang benar dan terpercaya. Pemahaman tentang hoaks, propaganda, dan disinformasi dapat melindungi mereka dari manipulasi informasi yang dapat merugikan partisipasi politik yang sehat. Dalam kesimpulannya, membangun kesadaran politik pemuda membutuhkan pendekatan yang terintegrasi melalui pendidikan dan pemanfaatan media sosial. Pendidikan politik formal dan informal memberikan landasan pengetahuan, sementara media sosial menjadi alat efektif untuk menggalang dukungan dan menyebarkan informasi. Hanya dengan menggabungkan kedua strategi ini, kita dapat melibatkan pemuda sebagai agen perubahan yang aktif dan cerdas dalam proses demokrasi, khususnya dalam Pemilu.  +
Melangkah ke arah Pemilu 2024, sebagai seorang pemuda, saya merasa antara semangat dan ketidakpastian. Pemilu bukan hanya ritual demokrasi, melainkan panggung di mana aspirasi dan kekhawatiran generasi muda tercermin. Saya penuh semangat melihatnya sebagai kesempatan nyata untuk membentuk masa depan sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut. Isu-isu krusial seperti pendidikan, peluang pekerjaan, dan lingkungan menjadi pendorong keterlibatan saya. Saya merasa bertanggung jawab untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi, memastikan bahwa suara kami didengar oleh para pemimpin yang akan datang. Namun, ada keraguan dan skeptisisme. Pengalaman dengan pemerintahan sebelumnya dan ketidakpastian terhadap sistem politik menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana pemilu ini akan mencerminkan suara rakyat. Tantangan utama adalah memastikan bahwa partisipasi pemuda dihargai dan berdampak nyata. Ini memerlukan keterlibatan aktif, dialog terbuka, dan pemahaman mendalam tentang isu-isu yang menjadi pusat perhatian kami. Pemilu 2024 dipandang sebagai panggilan bagi pemuda untuk memainkan peran aktif dalam membentuk arah masa depan negara. Kami bukan hanya pemilih, tetapi juga pihak yang memiliki andil dalam membentuk kebijakan yang akan membentuk realitas kami. Mari bersatu, mengatasi perbedaan, dan bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik. Pemilu tidak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga membangun fondasi untuk perubahan positif berkelanjutan. Generasi muda saat ini memegang tanggung jawab untuk membawa suara dan visi kami ke panggung politik.  +
Video kami berisi tentang jawaban Dari beberapa anak milenial jaman sekarang tentang bagaimna pendidikan dimasa sekarang dan di masa yang akan mendatang, dan juga tentang bagaimana perkembangan dan solusi tentang bahasa daerah di masa depan.  +
Pemilu, sebagai pilar demokrasi, menciptakan panggung di mana suara rakyat menjadi penentu arah negara. Namun, di tengah riuhnya duel politik akibat pilpres 2024, terdapat narasi yang mencerminkan pertarungan antara apatis dan semangat di kalangan pemuda. Dalam menghadapi pemilu, apakah pemuda terjebak dalam jaringan apatis yang mengikat mereka pada ketidakpedulian, ataukah mereka memilih untuk berkobar, menggelorakan semangat untuk ikut serta aktif dalam pembentukan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Pertanyaan ini menciptakan bayangan tentang paradoks partisipasi pemuda dalam proses demokratis. Di satu sisi, kita melihat generasi yang terjebak dalam jaringan apatis, kelelahan oleh politik yang kompleks, serta merasa bahwa suara mereka tidak memiliki dampak nyata. Mereka mungkin memandang pemilu sebagai arena yang jauh dari realitas sehari-hari mereka, dan memilih mengabaikannya daripada terlibat dengan pertarungan politik yang terjadi. Namun, di sisi lain, ada pemuda yang memilih untuk berkobar, menolak menjadi korban apatis yang merangkak dan mencoba menemukan suara mereka di antara keramaian dan kericuhan di dunia politik negara. Mereka melihat pemilu sebagai peluang untuk membentuk masa depan mereka, menentukan arah kebijakan yang mencerminkan nilai dan aspirasi mereka. Pemuda ini, jauh dari terjebak dalam jaringan apatis, menjadi agen perubahan yang potensial. Pentingnya memahami perbedaan antara keduanya terletak pada pengaruh mereka terhadap dinamika politik dan perkembangan sosial. Pemuda yang terjebak dalam jaringan apatis cenderung meninggalkan ruang politik kosong, memberikan kesempatan bagi kekuatan yang mapan untuk mendominasi tanpa adanya sorotan kritis. Di sisi lain, pemuda yang berkobar membawa energi segar dan perspektif baru, mendiversifikasi panggung politik, dan mendorong inovasi. Dalam menghadapi tantangan ini, perlu adanya upaya untuk menyeimbangkan paradoks ini. Pendidikan politik yang inklusif dan memberdayakan pemuda untuk memahami peran mereka dalam proses demokratis dapat menjadi kunci untuk membuka jaringan apatis. Selain itu, mendengarkan dan merespons aspirasi pemuda menjadi langkah kritis dalam mendorong semangat partisipasi. Sebagai penutup, apakah pemuda terjebak dalam jaringan apatis atau berkobar di pemilu adalah narasi yang sedang kita tulis bersama. Melalui refleksi, dialog terbuka, dan tindakan positif, kita dapat membimbing pemuda menuju partisipasi aktif yang membentuk masa depan demokrasi dengan penuh semangat dan harapan.  
"Mecari Kebahagiaan Sederhana" terkadang dalam hiruk-pikuk kehidupan yang penuh kerumitan, kita sering lupa akan kebahagiaan sederhana yang ada di sekitar kita. Mencari kebahagiaan tak selalu merujuk pada pencapaian besar ataupun momen gemerlap. sinar mentari di pagi hari, aroma kopi pagi buatan orang tercinta, menghirup udara pagi yang segar, mengamati transportasi yang berlalu-lalang, sederhana. dedaunan yang berguguran, kicauan burung-burung pagi, langit biru yang menawan, tawa polos anak kecil, sederhana. menelusuri sudut kota yang belum terjamah, bercengkrama dengan teman baru, mempelajari bahasa baru, menjadi manusia, sederhana. terkadang, kebahagiaan yang paling berharga tersembunyi dalam momen-momen sederhana yang kadang luput dari sanubari kita. bagaimana pun sederhana dan kecilnya momen tersebut, hal yang perlu kita lakukan hanyalah terus menjalani hidup dan menikmatinya dengan cinta dan syukur.  +
#
ini adalah kampus ipdn kampili, yang berada di kampili. kampus yang menjadi impian dan kebanggaan bagi sebagian orang  +
-
Ada banyak refleksi ketika berjalan dan ketika berjalan seluruh raga bekerja. Ketika berjalan, pergerakan kita memang terasa melambat namun ada banyak hal yang kadang terlewatkan itu justru dapat kita ketahui melalui berjalan. Apalagi berjalan, dilakukan bersama-sama. Kadangkala ada momen yang mengingatkan kita terhadap memori-memori yang terjadi pada masa lalu. Dan melalui berjalan, menyadarkan kita. Bahwa kita butuh melangkah untuk mulai sadar tentang manusia dan alam.  +
3
Pemilu politik 2024 Pemilu 2024 akan mengubah karier politik capres/cawapres yang menang. Juga gengsi dan rezeki keluarga, kawan dan kerabat. Bagi mayoritas warga Indonesia tetap seperti biasa saja.Tidak jauh lebih baik atau buruk.Siapa pun pemenang Pemilu 2024, Indonesia tidak akan banyak berubah,Jangan berharap muluk dari kemenangan seorang capres. Tidak usah panik apabila pemenangnya capres lain. Tidak perlu menguras emosi membela satu kubu atau mengobral caci-maki pada pendukung kubu saingan.Ini bukan masalah kesopanan. Faktanya, tidak pernah ada pemilu dalam setengah abad terakhir yang membawa perubahan besar di negeri ini. Dua perubahan besar yang pernah terjadi akibat bertemunya gejolak dari dalam dan luar negeri. pertama,revolusi kemerdekaan sebagai buntut Perang Dunia Kedua dan gelombang dekolonisasi di berbagai kawasan dunia. Yang kedua, bangkitnya diktator militer Orde Baru sebagai bagian dari Perang Dingin di tingkat global. Kata pepatah, sejarah resmi ditulis pemenang pertarungan politik. Sejarah nasional yang resmi di negeri ini dirombak dua kali, yakni sesudah revolusi kemerdekaan dan sesudah bangkitnya Orde Baru. Kedua peristiwa menghadirkan pemenang baru. Sejarah tidak dirombak besar-besaran sesudah Reformasi 1998 karena tak ada perubahan besar atau pemenang baru. Orde Baru sudah meninggalkan Indonesia, tetapi Indonesia belum meninggalkan Orde Baru.Angan-angan sesat begitu marak setiap ada pemilu dan sudah berkali-kali terbukti keliru, tetapi diulang lagi dalam pemilu berikutnya. Kini Indonesia tidak sama persis dengan masa Orde Baru. Tetapi,keduanya sering dibesar-besarkan. Selama Orde Baru berkuasa 32 tahun sudah terjadi sejumlah perubahan. Sebagian perubahan didesak keadaan. Sebagian lain siasat penguasa untuk sedikit menyenangkan masyarakat dalam negeri atau mitra internasional tanpa mengancam struktur kekuasaan. Sejumlah perubahan juga akan terjadi seandainya Reformasi 1998 tidak pernah terjadi. Perubahan kecil-kecilan begitu berlanjut hingga kini, seandainya semua pihak di negeri ini bersepakat untuk meniadakan Pemilu 2014, 2019, dan 2024. Para capres dan cawapres Pemilu 2024 punya cacat dan keunggulan berbeda-beda. Pendukung berat mereka menyebarkan angan-angan Indonesia akan jauh lebih baik apabila yang didukung menang pemilu atau terjadi bencana jika yang menang pasangan lain. Angan-angan sesat begitu marak setiap ada pemilu dan sudah berkali-kali terbukti keliru, tetapi diulang lagi dalam pemilu berikutnya. Dalam waktu dekat, secara makro Indonesia tidak akan jauh lebih baik atau jauh lebih buruk karena hasil sebuah pemilu. Ini kabar baik bagi yang hidupnya sudah sejahtera karena diuntungkan status quo. Mereka yang dikecewakan dan dirugikan kondisi selama ini perlu tabah atau berjuang lebih jauh. Mengapa sulit mengharapkan pemilu berdampak besar bagi Indonesia dalam waktu dekat? Banyak faktornya. Hanya sebagian terpenting yang dapat disebut di sini. Yang pertama dan utama, presiden hasil pemilu tidak ada yang mewakili suatu kekuatan besar dan mandiri sehingga mampu membuat gebrakan besar merombak Indonesia. Siapa pun yang terpilih akan lebih bergantung pada dukungan berbagai pihak di dalam dan luar negara ketimbang sebaliknya. Indonesia tegak berkat kerja sama berbagai pihak yang tidak saling suka dan setia. Mereka terpaksa bekerja sama seperlunya karena masing-masing terlalu kecil untuk bergerak mandiri. Kerja sama semacam ini sangat cair dan rapuh. Contoh paling gamblang adalah Presiden Jokowi dan PDI-P. Dengan mandat ideal sebagai RI-1 dua periode berturut-turut, Jokowi tak mampu menguasai partai politiknya sendiri (PDI-P). Jangankan merombak negeri sebesar dan sekompleks Indonesia sesuai janji kampanye dulu. Sebaliknya, PDI-P tidak berdaya mengendalikan sepak terjang Jokowi sebagai kader atau petugas partai sendiri. Tetapi, tanpa Jokowi, ruang gerak PDI-P amat terbatas walau menjadi partai politik terbesar. Di negara lain, pemilu berpeluang memberikan dampak besar karena beberapa faktor. Misalnya negara berada di titik persimpangan kritis karena perpecahan elite, ancaman dari luar atau dalam negeri. Masyarakatnya terbelah. Kubu yang bersaing dalam pemilu lumayan kuat, mewakili dua atau lebih kiblat politik yang ekstrem bertolak belakang. Pemilu belum lama ini di Spanyol, Argentina, dan Belanda contohnya. Hanya sebagian kecil kondisi semacam itu hadir di Pemilu 1955. Dalam politik Indonesia mutakhir, makna kalah/menang atau lawan/sekutu tak pernah stabil. Elite politik sering bertukar kubu dan sikap. Sebagian pendukung mereka bisa ekstrem fanatik dalam satu pemilu, lalu mendadak ikut-ikutan berubah sikap di pemilu berikutnya. Tidak ada perbedaan besar di kalangan elite politik. Semua cari aman dan bersikap oportunis. Jangan berharap ada kejutan baru, misalnya komitmen mengatasi narasi Orde Baru tentang PKI, tuntutan kemerdekaan Papua, atau hak sipil bagi LGBTQ. Bisa dipahami visi-misi para capres Pemilu 2024 berisi angan-angan muluk serba indah. Tidak jelas apakah visi-misi itu komitmen kepada publik dan wajib dipertanggungjawabkan pembuatnya kelak? Atau sekadar harapan tanpa kewajiban dipertanggungjawabkan? Sama sekali tidak jelas apakah anggaran negara akan cukup mendanai pelaksanaan visi-misi itu. Jika tidak, berapa kurangnya? Dari mana dana tambahan akan dicari? Apa risikonya jika dana tambahan dari sumber tertentu dalam negeri atau asing? Kita bersyukur Indonesia jauh lebih besar, kaya-nuansa dan nyata ketimbang ritual politik penuh drama bernama pemilu. Walau penuh kekurangan, Indonesia berhasil berpuluh tahun mempertahankan kedaulatan, pertumbuhan ekonomi, dan keutuhan bangsa. Ini bukan semata-mata atau terutama prestasi satu atau dua pemerintahan hasil pemilu. Prestasi ini kebal dari pergantian presiden. Indonesia tegak berkat kerja sama berbagai pihak, termasuk yang korup dan yang profesional. Ada persaingan di antara elitenya. Tetapi, selama persaingan itu terbatas di antara mereka sendiri, dan selama kepentingan mereka aman, mereka bersatu menjaga kondisi yang ada dan melawan upaya perubahan besar. Tidak peduli ada pemilu atau tidak, apalagi siapa yang menang. Pemilu 2024 akan mengubah karier politik capres/cawapres yang menang. Juga gengsi dan rezeki sanak keluarga, kawan dan kerabat terdekat. Bagi mayoritas warga, dari yang elite hingga jelata, Indonesia tetap seperti biasa saja. Tidak jauh lebih baik atau buruk.  
A
Perkenalkan nama saya farid dari kls XI Dkv 1, Saya akan membahas tentang bagaimana melestarikan bahasa daerah Bahasa Makassar adalah bahasa yang diucapkan oleh suku Makassar sejak berabad-abad yang lalu. Bahasa Makassar ini masih berkerabat dengan bahasa Bugis dan bahasa Mandar. Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan, tapi pada umumnya mereka bisa saling menangkap maksud percakapan di antara mereka. Bahasa Makassar, sudah banyak berubah, dan banyak terpengaruh bahasa-bahasa lain, seperti dari bahasa Bugis dan bahasa Melayu.Bahasa Makassar yang asli, sebenarnya masih bisa ditemukan di daerah Gowa bagian selatan tepatnya di kaki gunung Lompobattang. Cara saya melestarikan bahasa Makassar dgn cara memakai bhs Makassar ketika di luar suku atau daerah.Saya juga akan membuat komunitas tentang belajar berbahasa Makassar.Mungkin saya juga akan memperkenalkan bhs Makassar ke daerah-daerah luar.Dan Membuat majalah digital atau pun di cetak.Mungkin bahasa Makassar di masukkan ke dlm kurikulum sekolah.  +
Nama Saya salman Saya akan membahas Pentingnya melestarikan budaya bahasa daerah, salah satu cara yang harus dilakukan saat ini bagaimana bahasa daerah dapat dipertahankan di tengah-tengah masyarakat, tanpa mengubah jati diri bahasa daerah yang dimiliki. Apalagi, bahasa daerah menurutnya perlu dihargai, dengan digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa daerah itu harus dihargai, sebagai wujud leluhur kita. Kalau tidak digunakan bahasa daerah kita, itu bisa punah utamanya generasi milenial. Mereka harus sadar akan bahasa daerah itu, kalau generasi kita tidak menggunakan bahasa daerah itu, lama-lama bahasa daerah tinggal buku-buku, dan sejarah saja, bahasa daerah saat ini harus tetap dipertahanankan, apalagi saat ini balai bahasa melakukan penelitian bahasa daerah dengan mengumpulkan buku-buku, cerita-cerita rakyat yang dibukukan sebagai bahan literasi.cara melastarikan bahasa daerah, harus ditanamkan pertama kali dalam lingkungan keluarga. Bagaimana bahasa daerah harus ditanamankan orangtua kepada anaknya, agar bahasa daerah tidak punah  +
Ada satu kampung yg bernama pangkabinanga,ada seorang suami istri yg bernama rohani dan makmur.mereka berdua sepakat pergi merantau di Malaysia,thn 2003 mereka berdua pergi ke Malaysia.selama di Malaysia makmur dan rohani mulai terbiasa menggunakan bahasa Malaysia,2 tahun merantau di Malaysia, thn 2005 rohani pulang ke kampungnya sendiri karena dia akan melahirkan anak pertamanya, sampai di kampung rohani menggunakan bahasa Makassar tpi masih tercampur dengan bahasa Makassar dan Malaysia,rohani melahirkan anak perempuan yg bernama Azizah Azzahra insani,6 bulan setelah lahirnya Azizah,rohani membawa Azizah ke Malaysia untuk bertemu ayahnya yaitu makmur. Di usia Azizah yg 6 tahun, makmur dan rohani memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya karena Azizah akan bersekolah di sana.lamanya di Malaysia makmur dan rohani tidak tahu bahasa Makassar,dengan adanya orang di sekitarnya menggunakan bahasa Makassar makmur dan rohani mulai mengingat bahasa Makassar,begitu pun dengan Azizah mengerti bahasa Makassar.  +
Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Studi menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin untuk merokok daripada orang dewasa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, yaitu selama tahun 2008 hingga 2012 jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang dan menjadi negara ketergantungan tembakau tertinggi. Sedangkan jumlah perokok anak antara usia 10 hingga 14 tahun mencapai 1,2 juta orang pada tahun 2019 terus naik menjadi 9,1% dari sebelumnya 7,2%. Hal ini menunjukkan bahwa perokok aktif di Indonesia yang masih di bawah umur tergolong tinggi. Hal ini didorong dari belum adanya kepastian hukum terkait dalam penentuan batas usia anak untuk merokok serta distributor penjualan rokok di Indonesia dapat dikatakan sangat bebas dan dapat diakses golongan usia, kontrol pemerintah dalam hal masih tergolong lemah. Solusi alternatif yang diajukan dalam menekan angka perokok anak berupa penggunaan mesin penjual rokok atau cigarette vending machin yang dalam penggunaannya menggunakan kartu atau cicard (cigarette card) Di mana cigarette vending machine ini di design seperti mesin penjual pada umumnya, yang membedakan vending machine ini berisi produk rokok yang akan di jual apabila konsumen ingin membeli rokok maka konsemen menggunakan cicard, dimana dalam penggunaan cicard berisi nama pengguna dan hanya dapat digunakan oleh pemiliknya. Mekanisme pengisian cicard dapat di lakukan melalui minimarket, ATM, teller, dan E-mbangking seluruh bank. Dengan menggunakan cicard maka konsumen dengan usia di bawah umur 18 tahun tidak dapat membeli rokok dengan mudah karena syarat pembuatan cicard adalah usia 18 tahun ke atas serta memerlukan KTP dalam tahap awal pembuatan cicard. Selain itu dengan adanya cicard maka rokok tidak dapat diperjualbelikan secara bebas di warung-warung kecil sehingga dapat menekan angka konsumen rokok dikalangan masyarakat terutama remaja usia kurang dari 18 tahun.